Salah
satu penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA (Infeksi
Saluran Pernapasan Akut). Penyakit ini sering terjadi pada anak karena system
pertahanan anak masih rendah. Hingga saat ini angka kematian akibat ISPAyang
berat masih sangat tinggi. Kematian sering disebabkan karena penderita dating
untuk berobat sudah dalam keadaan parah atau lanjut dan sering disertai
penyakit-penyakit dan kurang gizi.
Pengertian
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran
Pernapasan Akutyang meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran
pernapasan bagian bawah. Penyakit ini dapat menyerang satu atau lebih dari
bagian saluran napas mulai dari hidung (saluran bagian atas) hingga jaringan di
dalam paru-paru (saluran bagian bawah). ISPA meliputi 3 unsur, dimana
pengertianya adalah debagai berikut :
a. Infeksi
Adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam
tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
b. Saluran
pernapasan
Adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru
(alveoli) beserta organ-organ di sekitarnya.
c. Infeksi
akut
Adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14
hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkakn proses akut (Avicena, 2009)
Faktor-Faktor
yang Menyebabkan ISPA
Faktor
Internal
a. Umur
< 2 bulan
ISPA dapat
meyerang semua baik pria maupun wanita pada semua tingkat usia, terutama pada
usia < 2 bulan, arena daya tahan tubuh masih rendah daripada orang dewasa.
Bayi an balita merupakan kelompok umur yang kekebalan tubuhnya belum sempurna,
sehingga masih rentan terhadap penyakit infeksi (Suhandayani, 2009).
b. BBLR
Berat badan lahir
rendah (BBLR) mempunyai resiko kematian yang lebih besar dibandingkan dengan
yang berat badan lahir normal. Terutama pada bulan-bulan pertama kelahiran
karena pembentukan zat antikekebalan
kurang sempurna, sehingga lebih mudah terkena penyakit pneumonia dan sakit saluran pernapasan lainnya
c. Laki-laki
Laki-laki
merupakan salah satu faktor yang meningkatkaqn insiden dan kematian akibat
ISPA. Bila dihubungkan dengan status gizi, sesuai dengan data Susenas 1998 yang
menyatakan bahwa secara umum status gizi
balita perempuan lebih baik disbanding balita laki-laki. Namun prevalensi
tersebuut belum dapat dijelaskan secara pasti, apakah karena faktor genetika,
perbedaan dalam hal perawatandan pemberian makanan atau yang lainnya. Sehingga
kekurangan gizi dapat menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi (Prabu,
2009).
d. Status
gizi
Status gizi
adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan pengguunaan zat-zat gizi. Dibedakan Antara status gizi
buruk, kurang baik, dan lebih (Almatsier, 2009).
Penilaian status
gizi dapat dilakukan Antara lain
berdasarkan antopometri berat badan lahir,, panjang badan, tiggi badan dan
lingkar lengan atas (Prabu, 2009). Keadaan gizi buruk muncul sebagai faktor
yang penting untuk terjadinya ISPA. Disamping itu adanya hubungan Antara gizi
buruk dan terjadinya campak dan infeksi virus berat lainnya serta menurunya
daya tahan tubuh anak terhadap infeksi. Penyakit infeksi sendiri akan
menyebabkan balita tidak mempunyai nafsu makan adn mengakibatkan kekurangan gizi. Pada keadaan
gizi kurang balita lebih mudah terserang “ISPA berat” bahkan serangannya lebih
lama (Prabu, 2009).
e. Defisiensi
vitamin A
Sejah tahun 1985
setiap 6 bulan Posyandu memberikan kapsul 200.000 IU vitamin A pada balita umur
1 s.d 4 tahun. Pemberian vitamin A yang dilakukan bersamaan dengan imunisasi
meningkatkan titer antibodi yang spesifik an tampaknya tetap berada dalam nilai
yang cukup tinggi. Bila antibody yang ditujukan terhadap bibit penyakit dan
bukan sekedar antigen asing yang tidak berbahaya, niscaya dapat diharapkan adanya perlindungan terhadap bibit penyakit yang bersangkutan
untuk jangka waktu panjanng (Prabu, 2009).
Faktor Eksternal
1. Pemberian
ASI eksklusif
ASI eksklusif
adalah pemberian asi sedini mungkin setelah bayi lahir sampai bayi berumur 6
bulan tanpa memberi makanan tambahanlain (Purwanti, 2004). ASI mengandung
nutrisi, hormun dan unsur kekebalan faktor pertumbuhahn, antialergi, serta
antiinflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan. Unsur
ini mencakup hidrat arang, lemak, protein, vitamin damineral dalam jumlah yang
proposional (Purwanti, 2009).
Karena zat-zat
protektif yang terkandung dalam ASI, bayi yang diberi ASI memiliki kemungkinan
kecil untuk terjangkit infeksi telinga (otitis
media), alergi, diare, pneumonia,
bronchitis, meningitis, serta sejumlah penyakit pernafasan (Wicak, 2008).
2. Imunisasi
Imunisasi
merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkakn
vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap
penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang
pembentukan zat anti yang dimasukkan kedalam tubuh. Caranya dapat melalui
suntikan, seperti vaksin HepB, BCG, DPT,
campak adapula yang dimasukkakn
melalui mulut seperti vaksin polio (Hidayat,
2008).
Bayi dan balita
yang pernah teserang campak dan selamat akan mendapat kekebalan
alami terhadap pneumoni sebagai komplikasi campak. Sebagian besar kematian ISPA berasal dari jenis ISPA yang
berkembang dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti difteri, pertussis, campak maka
peningkatan cakupan imunisasi akan berperan besar dalam upaya pemberantasan
ISPA (Prabu, 2009)
3. Kebiasaan
merokok angota keluarga di lingkungan balita tinggal
Perilaku merokok
orang tua merupakan bahaya utama lain bagi anak (Drongowski dkk, 2003, Moya,
Beaver dan Etzel, 2004). Asap rokok dengan konsentrasi tinggi dapat merusak
mekanisme pertahanan paru sehingga akan memudahkan timbulnya ISPA (Prabu,
2009).
4. Membedong
anak (menyelimuti berlebihan)
Membedong anak
atau menyelimuti berlebihan bagi para orang tua dianggap dapat membuat anak
tidak mudah terkejut dan anak lebih nyenyak tidurnya karena seolah-olah
didekap, sama seperti pada waktu didalam kandungan. Akan tetapi pada anak yang
sudah terserang ISPA jika dibedong berlebihan akan menbuat anak susah bernafas
sehingga penyakitnya akan semakin berat (Prabu, 2009).
5. Memberi
makanaan terlalu dini
Pemberian makan
setelah bayi berumr 6 bulan memberikan perlindungan besar dari berbagai
penyakit. Hal ini disebabkan sistem imun bayi < 6 bulan belum sempurna.
Pemberian MPASI dini sama saja dengan membuka pintu gerbang masuknya berbagai
jenis kuman. Belum pula jika disajikan tidak higienis. Hasil riset terakir dari peneliti di Indonesia bahwa bayi yang
mendapatkan MPASI sebelum ia berumur 6 bulan, lebih banyhak terserang diare,
sembelit, batui-pilek dan panas disbanding bayi yang hanya mendapatkan ASI
eksklusif (Prabu, 2009).
6. Kepadatan
tempat tinggal
Kepadatan hunian
dalam rumah menurut keputusan menteri kesehatan nomor 829/MENKES/SK/VII/1999
tentang persyaratan kesehatan rumah, satu orang minimal menempati luas rumah 8m2. Dengan kriteria tersebut diharapkan dapatmencegah
penularan penyakit dan melancarkan aktivitas.
Penelitian menunjukkakn ada hubungan bermakna
antaara kepadatan dan kematian dari bronchopneumonia
pada bayi, tetapi disebutkan bahwa polusi udara, tingkat social dan
pendidikan memberi korelasi yang tinggi
pada factor ini (Prabu, 2009)
7. Ventilasi
kurang memadai
Ventilasi yaitu
proses penyediaan udara atau pengerahan udara ke atau dari ruangan baik secara
alami maupun mekanis. Fungsi ventilasi adalah sebagai berikut:
1. Mensuplai udara bersih yaitu udara yang
mengandung kadar O2 yang optimum bagi pernapasan.
2. Membebaskan
udara ruangan dari bau-bauan, asap ataupun debu dan zat-zat pencemar lain
dengan cara pengenceran udara.
3. Mensuplai
panas agar hilangnya panas badan seimbang.
4. Mensuplai
panas akibat hilangnya panas ruangan dan bangunan.
5. Mengeluarkan
kelebihan udara panas yang disebabkan oleh radiasi tubuh, kondisi, evaporasi
ataupun keadaan eksternal.
6. Mendisfungsikan
suhu udara secara merata (Prabu, 2009).
8. Sosial
ekonomi
Keadaaan ekonomi
belum pulih dari krisis ekonomi yang berkepanjangan berdampak peningkatan
penduduk miskin dan disertai dengan kemampuan menyediakan lingkungan pemukiman
yang kurang sehat dapat mendorong peningkatan jumlah balita rentan terhadap
serangan penyakit menular termasuk ISPA. Pada akirnya akan mendorong
meningkatnya penyakit ISPA dan pneumonia pada
balita (Depkes RI, 2002).
Penyebab ISPA
ISPA depat disebabkan oleh berbagai penyenyebab seperti bakteri, virus, mycoplasma, jamur dan lain-lain. Jenis bakteri penyebab ISPA dari gen antara lain adalah streptococcus, stapilococcus, pneumococcus, hemophylus, bordetalla dan corinebacterium. Sedangkan virus penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus, adenovirus, coronavirus, pikarnavirus, micoplasama, herpesvirus dan lain-lain (Depkes RI, 2005).
Menurut WHO, pengeluaran lender atau gejala pilek perjaadi pada penyakit flu ringan disebabkan karena infeksi kelompok virus jenis rhinovirus dan atau coronavirus. Sedangkan prncemaran udara diduga menjadi pencetus infeksivirus pada saluran napas bagian atas.
ISPA dpat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman terhiruo oleh orang sehat ke saluran pernafasannya.
Tanda dan Gejala ISPA
Dalam pelaksanaan program pemberantasan penyakit
ISPA (P2ISPA) kriteria untuk menggunakan tata laksana penderita ISPA adalah
balita, ditandai dengan aadnya batuk dan atau kesukaran bernafas disertai
adanya peningkatan frekuensi napas (nafas cepat) sesuai golongan umur. Dalam
penentuan klasifikasi penyakit dibedakan atas dua kelompok yaitu umur < 2
bulan dan umur 2 bulan sampai < 5 tahun.
a. Klasifikasi
pneumonia berat
Pada anak usia 2
bulan sampai <5 tahun, didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran
pernafaasan disertai sesak napas atau tarikan dinding dada bagian dalam (chest indrawing).
Untuk anak usia
< 2 bulan ditandai dengan
adanya napas cepat (fast breathing) dimana
frekuensi napas 60 x/menit atau lebih, dan atau adanya tarikankuat
dinding dada bagian bawah ke dalam (severe
chest indrawing).
b. Bukan
pneumonia
Apabila ditandai dengan
napas cepat tetapi tidak dengan disertai tarikan dinding dada ke dalam. Bukan pneumonia mencakup kelompok penderita
dengan batuk pilek biasa yang tidak ditemukan adanya gejala peningkatan
frekuensi nafas dan tidak ditemukan tarikan dinding dada bawah kedalam.
Ada beberapa tanda klinis yang dapat menyertai anak
dengan batuk yang dikelompokkan sebagai tanda bahaya :
a. Untuk
golongan usia < 2 bulan : tidak bias minum, kejang, kesadaran menurun, stridor (ngorok), wheezing (bunyi nafas) dan demam.
b. Untuk
golongan usia 2 bulan sampai < 5 tahun : tidak bias minum, kejang, kesadaran
menurun, stridor
( Depkes RI, 2005).
Cara Perawatan Penderita ISPA di Rumah
Selama penderita masih di rumah cara perawatan yang dapat dilakukakan antara lain dengan :
1. Mengatasi
panas (demam)
1) Obat
a. Untuk
anak usia 2 bulan sampai < 5 tahun dapat dilakukan dengan memberikan
Paracetamol 4 x/6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet
dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan.
b. Bagi
anak usia < 2 bulan dengan demam sebaiknya segera dibawa ke pusat pelayanan
kesehatan.
Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik harus
diberikan dengan benar dan sampai habis. Bila penderita tidak mendapat
antibiotik usahakan setelah 2 hari kembali ke dokter untuk pemeriksaan ulang.
Jangan memberikan antibiotik tanpa intruksi dari
dokter. Bila ISPA yang disebabkan oleh virus antibiotik tidak peprlu diberikan,
kecuali ISPA yang disebabkan oleh strep
throat atau pneumonia. Penggunaan
antibiotik yang tidak tepat dapat meningkatkan kekebalan bakteri terhadap
antibiotk tersebut
2) Kompres
a. Berikan
kompres dengan menggunakan kain bersih/saputangan, celupkan pada air (tidak perlu air es). Berikut ini cara mengompres yang benar : kompres dengan menggunakan ari hangat (bukan air dingin atau aie es). kompres di bagian perut dan dada dengan saputangan yang telah dibasahi air hangat, gosok-gosokakan dengan perlahan pada area tersebut. Bila saputangan telah kering, ulangi lagidengan menbasahinya dengan air hangat.
b. Tidak
dianjurkan menggunakan pakaian/selimut
yang terlalu tebal dan rapat, terlebih pada anak dengan demam karena menghambat
keluarnya panas.
2. Mengatasi
batuk
Hindari pemberian obat batuk/pilek tanpa
instruksi dokter. Diskusikan dengan dokter mengenai manfaat dan resiko obat
tersebut apabila akan digunakan pada anak. Atau apat menggunakan obat batuk
lain yang tidak mengandung zat-zat yang merugikan, seperti kodein,
dekstrometrofan dan antihistamin.
Lebih dianjurkan pemberian obat batuk
yang aman, yaitu ramuan tradisional berupa air jeruk nipis, air sari jahe, air
sari kunyit dan juga kecap atau madu. Cara membuatnya cukup simple, ambil 1/2
bagian jeruk nipis kemudian peras, sediakan jahe dan kunyit
masing-masing seukuran 2 ruas jari parut keduanya tambahkan sedikit air lalu
peras. Campurkan semuanya tambahkan madu atau kecap 1/2
sdm, ramuan ini dapat diberikan 2x/hari.
3. Pemberian
makan
a. Tetap
berikan ASI bila anak tersebut masih disusui.
b. Berikan
makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tapi berulang-ulang. Yaitu lebih
sering dari biasanya terlebih bila
muntah.
4. Pemberian
minuman
Berikan anak
asupan cairan (air putih, buah dan sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini
akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit
ayng diderita terutama bila anak batuk dan demam.
5. Hindari
penularan ISPA ke orang lain.
Cara untuk menghindari penularan : menutup mulut dan
hidung bila batuk atau bersin, cuci tangan dengan sabun setelahnya, gunakan
masker (bila anak cukup kooperatif), hiindari kontak terlalu dekat dengan bayi
atau menular.
6. Istirahat
yang cukup dan apabila selama perawatan dirumah keadaan memburuk, maka dianjurkan
untuk membawa ke dokter.
Cara
Pencegahan Penyakit ISPA
Pencegahannya
dapat dilakukan melalui beberapa hal berikut :
a. Menjaga
keadaan gizi keluarga agar tetap baik. Memberikan ASI eksklusif pada bayi.
b. Menjaga
pola hidup bersih dan sehat, istirahat atau tidur yang cukup dan olahraga
teratur.
c. Membiasakan
cuci tangan teratur dengan air dan sabun atau handsanitizer. Hindari menyentuh mulut atau hidung setelah kontak
dengan flu, segera cuci tangan dengannya.
Terutama setelah kontak dengan penderita ISPA. Ajarkan pada anak untuk
rajin cuci tangan untuk mencegah ISPA dan penyakit infeksi lainnya. Jika pilek,
bersihkan hidung untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang
lebih parah.
d. Melakukan
imunisaasi pada anak yang dapat mencegah ISPA, diantaranya dengan imunisasi
influenza, imunisasi DPT-Hib/DaPT-Hib dan imunisasi PCV.
e. Hindari
kontak yang terlalu dekat dengan penderita ISPA. Mencegah anak berhubungan
terlalu dekat dengan anggota keluarga lain yang sedang menderita ISPA. Tindakan
semi isolasi mungkin dapat dilakukan, seperti anak yang sehat tidur terpisah
dengan anggota keluarga lain yang sedang sakit ISPA.
f. Apabila
sakit, gunakanlah masker dan rajin cuci tangan agar tidak menulari anggota
keluarga lainnya.
g. Upayakan
ventilasi yang cukup dalam ruangan atau rumah dan usahakan pencahayaan yang
memadai serta lingkungan yang tidak berasap.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier,
A.(2009).Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Gramedia
Pustaka Utama.Salemba:Jakarta.
Avicena.(2009).Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA).16
Februari 2010.http://www.google.com/
Depkes
RI.(2005).Modal Pelatihahn Pengelolaan
Rantai Vaksin Program Imunisasi.Jakarta.
Depkes
R. (2005).Rencana Kerja Jangka Menengah
Nasional : Penanggulangan Pneumonia Balita Tahun 2005-2009.
Hidayat,
A.Aziz.(2008).Pengantar Ilmu Keperawatan
Anak 1. Salemba : Jakarta.
Ngastiyah.(2005).
Perawatan Anak Sakit. EGC:Jakarta
Prabu.(2009).Faktor Resiko Terjadinya ISPA.10Februari2009.http://www.google.com/
WHO(2005).Tata Laksana Penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Akut Pada Anak : Pedoman Praktis Penderita RAwat Jalan..