skip to main | skip to sidebar

Pages

  • Beranda

NursingHealth&Science

Waspada, ISPA pada anak!

01.34 | Publish by Unknown

Salah satu penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Penyakit ini sering terjadi pada anak karena system pertahanan anak masih rendah. Hingga saat ini angka kematian akibat ISPAyang berat masih sangat tinggi. Kematian sering disebabkan karena penderita dating untuk berobat sudah dalam keadaan parah atau lanjut dan sering disertai penyakit-penyakit dan kurang gizi.

 Pengertian
                  ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akutyang meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. Penyakit ini dapat menyerang satu atau lebih dari bagian saluran napas mulai dari hidung (saluran bagian atas) hingga jaringan di dalam paru-paru (saluran bagian bawah). ISPA meliputi 3 unsur, dimana pengertianya adalah debagai berikut :
a.       Infeksi
Adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
b.      Saluran pernapasan
Adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru (alveoli) beserta organ-organ di sekitarnya.
c.       Infeksi akut
Adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkakn proses akut (Avicena, 2009)


 Faktor-Faktor yang Menyebabkan ISPA
                                 Faktor Internal
a.       Umur < 2 bulan
ISPA dapat meyerang semua baik pria maupun wanita pada semua tingkat usia, terutama pada usia < 2 bulan, arena daya tahan tubuh masih rendah daripada orang dewasa. Bayi an balita merupakan kelompok umur yang kekebalan tubuhnya belum sempurna, sehingga masih rentan terhadap penyakit infeksi (Suhandayani, 2009).
b.      BBLR
Berat badan lahir rendah (BBLR) mempunyai resiko kematian yang lebih besar dibandingkan dengan yang berat badan lahir normal. Terutama pada bulan-bulan pertama kelahiran karena pembentukan zat antikekebalan kurang sempurna, sehingga lebih mudah terkena penyakit pneumonia dan sakit saluran pernapasan lainnya
c.       Laki-laki
Laki-laki merupakan salah satu faktor yang meningkatkaqn insiden dan kematian akibat ISPA. Bila dihubungkan dengan status gizi, sesuai dengan data Susenas 1998 yang menyatakan  bahwa secara umum status gizi balita perempuan lebih baik disbanding balita laki-laki. Namun prevalensi tersebuut belum dapat dijelaskan secara pasti, apakah karena faktor genetika, perbedaan dalam hal perawatandan pemberian makanan atau yang lainnya. Sehingga kekurangan gizi dapat menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi (Prabu, 2009).
d.      Status gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan pengguunaan  zat-zat gizi. Dibedakan Antara status gizi buruk, kurang baik, dan lebih (Almatsier, 2009).
Penilaian status gizi dapat dilakukan  Antara lain berdasarkan antopometri berat badan lahir,, panjang badan, tiggi badan dan lingkar lengan atas (Prabu, 2009). Keadaan gizi buruk muncul sebagai faktor yang penting untuk terjadinya ISPA. Disamping itu adanya hubungan Antara gizi buruk dan terjadinya campak dan infeksi virus berat lainnya serta menurunya daya tahan tubuh anak terhadap infeksi. Penyakit infeksi sendiri akan menyebabkan balita tidak mempunyai nafsu makan adn  mengakibatkan kekurangan gizi. Pada keadaan gizi kurang balita lebih mudah terserang “ISPA berat” bahkan serangannya lebih lama (Prabu, 2009).
e.       Defisiensi vitamin A
Sejah tahun 1985 setiap 6 bulan Posyandu memberikan kapsul 200.000 IU vitamin A pada balita umur 1 s.d 4 tahun. Pemberian vitamin A yang dilakukan bersamaan dengan imunisasi meningkatkan titer antibodi yang spesifik an tampaknya tetap berada dalam nilai yang cukup tinggi. Bila antibody yang ditujukan terhadap bibit penyakit dan bukan sekedar antigen asing yang tidak berbahaya, niscaya dapat diharapkan  adanya perlindungan  terhadap bibit penyakit yang bersangkutan untuk jangka waktu panjanng (Prabu, 2009).

Faktor Eksternal
1.      Pemberian ASI eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian asi sedini mungkin setelah bayi lahir sampai bayi berumur 6 bulan tanpa memberi makanan tambahanlain (Purwanti, 2004). ASI mengandung nutrisi, hormun dan unsur kekebalan faktor pertumbuhahn, antialergi, serta antiinflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan. Unsur ini mencakup hidrat arang, lemak, protein, vitamin damineral dalam jumlah yang proposional (Purwanti, 2009).
Karena zat-zat protektif yang terkandung dalam ASI, bayi yang diberi ASI memiliki kemungkinan kecil untuk terjangkit infeksi telinga (otitis media), alergi, diare, pneumonia, bronchitis, meningitis, serta sejumlah penyakit pernafasan (Wicak, 2008).
2.      Imunisasi
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkakn vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan kedalam tubuh. Caranya dapat melalui suntikan, seperti vaksin HepB, BCG, DPT, campak  adapula yang dimasukkakn melalui mulut seperti vaksin polio (Hidayat, 2008).
Bayi dan balita yang pernah teserang  campak dan selamat akan mendapat kekebalan alami terhadap pneumoni  sebagai komplikasi campak. Sebagian besar kematian ISPA berasal dari jenis ISPA yang berkembang dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti difteri, pertussis, campak maka peningkatan cakupan imunisasi akan berperan besar dalam upaya pemberantasan ISPA (Prabu, 2009)
3.      Kebiasaan merokok angota keluarga di lingkungan balita tinggal
Perilaku merokok orang tua merupakan bahaya utama lain bagi anak (Drongowski dkk, 2003, Moya, Beaver dan Etzel, 2004). Asap rokok dengan konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme pertahanan paru sehingga akan memudahkan timbulnya ISPA (Prabu, 2009).
4.      Membedong anak (menyelimuti berlebihan)
Membedong anak atau menyelimuti berlebihan bagi para orang tua dianggap dapat membuat anak tidak mudah terkejut dan anak lebih nyenyak tidurnya karena seolah-olah didekap, sama seperti pada waktu didalam kandungan. Akan tetapi pada anak yang sudah terserang ISPA jika dibedong berlebihan akan menbuat anak susah bernafas sehingga penyakitnya akan semakin berat (Prabu, 2009).
5.      Memberi makanaan terlalu dini
Pemberian makan setelah bayi berumr 6 bulan memberikan perlindungan besar dari berbagai penyakit. Hal ini disebabkan sistem imun bayi < 6 bulan belum sempurna. Pemberian MPASI dini sama saja dengan membuka pintu gerbang masuknya berbagai jenis kuman. Belum pula jika disajikan tidak higienis. Hasil riset terakir  dari peneliti di Indonesia bahwa bayi yang mendapatkan MPASI sebelum ia berumur 6 bulan, lebih banyhak terserang diare, sembelit, batui-pilek dan panas disbanding bayi yang hanya mendapatkan ASI eksklusif (Prabu, 2009).
6.      Kepadatan tempat tinggal
Kepadatan hunian dalam rumah menurut keputusan menteri kesehatan nomor 829/MENKES/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan rumah, satu orang minimal menempati luas rumah 8m2.  Dengan kriteria tersebut diharapkan dapatmencegah penularan penyakit dan melancarkan aktivitas.
 Penelitian menunjukkakn ada hubungan bermakna antaara kepadatan dan kematian dari bronchopneumonia pada bayi, tetapi disebutkan bahwa polusi udara, tingkat social dan pendidikan  memberi korelasi yang tinggi pada factor ini (Prabu, 2009)
7.      Ventilasi kurang memadai
Ventilasi yaitu proses penyediaan udara atau pengerahan udara ke atau dari ruangan baik secara alami maupun mekanis. Fungsi ventilasi adalah sebagai berikut:
1.       Mensuplai udara bersih yaitu udara yang mengandung kadar O2 yang optimum bagi pernapasan.
2.      Membebaskan udara ruangan dari bau-bauan, asap ataupun debu dan zat-zat pencemar lain dengan cara pengenceran udara.
3.      Mensuplai panas agar hilangnya panas badan seimbang.
4.      Mensuplai panas akibat hilangnya panas ruangan dan bangunan.
5.      Mengeluarkan kelebihan udara panas yang disebabkan oleh radiasi tubuh, kondisi, evaporasi ataupun keadaan eksternal.
6.      Mendisfungsikan suhu udara secara merata (Prabu, 2009).

8.      Sosial ekonomi
Keadaaan ekonomi belum pulih dari krisis ekonomi yang berkepanjangan berdampak peningkatan penduduk miskin dan disertai dengan kemampuan menyediakan lingkungan pemukiman yang kurang sehat dapat mendorong peningkatan jumlah balita rentan terhadap serangan penyakit menular termasuk ISPA. Pada akirnya akan mendorong meningkatnya penyakit ISPA dan pneumonia pada balita (Depkes RI, 2002).



Penyebab ISPA
                                ISPA depat disebabkan oleh berbagai penyenyebab seperti bakteri, virus, mycoplasma, jamur dan lain-lain. Jenis bakteri penyebab ISPA dari gen antara lain adalah streptococcus, stapilococcus, pneumococcus, hemophylus, bordetalla dan corinebacterium. Sedangkan virus penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus, adenovirus, coronavirus, pikarnavirus, micoplasama, herpesvirus dan lain-lain (Depkes RI, 2005).
Menurut WHO, pengeluaran lender atau gejala pilek perjaadi pada penyakit flu ringan disebabkan karena infeksi kelompok virus jenis rhinovirus dan atau coronavirus. Sedangkan prncemaran udara diduga menjadi pencetus infeksivirus pada saluran napas bagian atas.
ISPA dpat ditularkan  melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman terhiruo oleh orang sehat ke saluran pernafasannya.


                Tanda dan Gejala ISPA
Dalam pelaksanaan program pemberantasan penyakit ISPA (P2ISPA) kriteria untuk menggunakan tata laksana penderita ISPA adalah balita, ditandai dengan aadnya batuk dan atau kesukaran bernafas disertai adanya peningkatan frekuensi napas (nafas cepat) sesuai golongan umur. Dalam penentuan klasifikasi penyakit dibedakan atas dua kelompok yaitu umur < 2 bulan dan umur 2 bulan sampai < 5 tahun.
a.       Klasifikasi pneumonia berat
Pada anak usia 2 bulan sampai <5 tahun, didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran pernafaasan disertai sesak napas atau tarikan dinding dada bagian dalam (chest indrawing).
Untuk anak usia  < 2 bulan ditandai dengan adanya napas cepat (fast breathing) dimana frekuensi napas 60 x/menit atau lebih, dan atau adanya tarikankuat dinding dada bagian bawah ke dalam (severe chest indrawing).
b.      Bukan pneumonia
Apabila ditandai dengan napas cepat tetapi tidak dengan disertai tarikan dinding dada ke dalam. Bukan pneumonia mencakup kelompok penderita dengan batuk pilek biasa yang tidak ditemukan adanya gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak ditemukan tarikan dinding dada bawah kedalam.
Ada beberapa tanda klinis yang dapat menyertai anak dengan batuk yang dikelompokkan sebagai tanda bahaya :
a.       Untuk golongan usia < 2 bulan : tidak bias minum, kejang, kesadaran menurun, stridor (ngorok), wheezing (bunyi nafas) dan demam.
b.      Untuk golongan usia 2 bulan sampai < 5 tahun : tidak bias minum, kejang, kesadaran menurun, stridor
( Depkes RI, 2005).

Cara Perawatan Penderita ISPA di Rumah
 
Selama penderita masih di rumah cara perawatan yang dapat dilakukakan antara lain dengan :
      1.  Mengatasi panas (demam)
          1)    Obat
             a. Untuk anak usia 2 bulan sampai < 5 tahun dapat dilakukan dengan memberikan Paracetamol 4 x/6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan.
      b. Bagi anak usia < 2 bulan dengan demam sebaiknya segera dibawa ke pusat pelayanan kesehatan.
Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik harus diberikan dengan benar dan sampai habis. Bila penderita tidak mendapat antibiotik usahakan setelah 2 hari kembali ke dokter untuk pemeriksaan ulang.
Jangan memberikan antibiotik tanpa intruksi dari dokter. Bila ISPA yang disebabkan oleh virus antibiotik tidak peprlu diberikan, kecuali ISPA yang disebabkan oleh strep throat atau pneumonia. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat meningkatkan kekebalan bakteri terhadap antibiotk tersebut
2)      Kompres
a.    Berikan kompres dengan menggunakan kain bersih/saputangan, celupkan pada air (tidak perlu air es). Berikut ini cara mengompres yang benar : kompres dengan menggunakan ari hangat (bukan air dingin atau aie es). kompres di bagian perut dan dada dengan saputangan yang telah dibasahi air hangat, gosok-gosokakan dengan perlahan pada area tersebut. Bila saputangan telah kering, ulangi lagidengan menbasahinya dengan air hangat.

b.    Tidak dianjurkan  menggunakan pakaian/selimut yang terlalu tebal dan rapat, terlebih pada      anak dengan demam karena menghambat keluarnya panas. 

2.      Mengatasi batuk
Hindari pemberian obat batuk/pilek tanpa instruksi dokter. Diskusikan dengan dokter mengenai manfaat dan resiko obat tersebut apabila akan digunakan pada anak. Atau apat menggunakan obat batuk lain yang tidak mengandung zat-zat yang merugikan, seperti kodein, dekstrometrofan dan antihistamin.
Lebih dianjurkan pemberian obat batuk yang aman, yaitu ramuan tradisional berupa air jeruk nipis, air sari jahe, air sari kunyit dan juga kecap atau madu. Cara membuatnya cukup simple, ambil 1/2 bagian jeruk nipis kemudian peras, sediakan jahe dan kunyit masing-masing seukuran 2 ruas jari parut keduanya tambahkan sedikit air lalu peras. Campurkan semuanya tambahkan madu atau kecap 1/2 sdm, ramuan ini dapat diberikan 2x/hari.

3.      Pemberian makan
a.       Tetap berikan ASI bila anak tersebut masih disusui.
b.      Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tapi berulang-ulang. Yaitu lebih sering  dari biasanya terlebih bila muntah.

4.      Pemberian minuman
Berikan anak asupan cairan (air putih, buah dan sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit ayng diderita terutama bila anak batuk dan demam.

5.      Hindari penularan ISPA ke orang lain.
Cara untuk menghindari penularan : menutup mulut dan hidung bila batuk atau bersin, cuci tangan dengan sabun setelahnya, gunakan masker (bila anak cukup kooperatif), hiindari kontak terlalu dekat dengan bayi atau menular.
6.      Istirahat yang cukup dan apabila selama perawatan dirumah keadaan memburuk, maka dianjurkan untuk membawa ke dokter.


Cara Pencegahan Penyakit ISPA









Pencegahannya dapat dilakukan melalui beberapa hal berikut :
a.    Menjaga keadaan gizi keluarga agar tetap baik. Memberikan ASI eksklusif pada bayi.
b.  Menjaga pola hidup bersih dan sehat, istirahat atau tidur yang cukup dan olahraga teratur.
c.     Membiasakan cuci tangan teratur dengan air dan sabun atau handsanitizer. Hindari menyentuh mulut atau hidung setelah kontak dengan flu, segera cuci tangan dengannya. Terutama setelah kontak dengan penderita ISPA. Ajarkan pada anak untuk rajin cuci tangan untuk mencegah ISPA dan penyakit infeksi lainnya. Jika pilek, bersihkan hidung untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah.
d.  Melakukan imunisaasi pada anak yang dapat mencegah ISPA, diantaranya dengan imunisasi influenza, imunisasi DPT-Hib/DaPT-Hib dan imunisasi PCV.
e.    Hindari kontak yang terlalu dekat dengan penderita ISPA. Mencegah anak berhubungan terlalu dekat dengan anggota keluarga lain yang sedang menderita ISPA. Tindakan semi isolasi mungkin dapat dilakukan, seperti anak yang sehat tidur terpisah dengan anggota keluarga lain yang sedang sakit ISPA.
f.  Apabila sakit, gunakanlah masker dan rajin cuci tangan agar tidak menulari anggota keluarga lainnya.
g.  Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan atau rumah dan usahakan pencahayaan yang memadai serta lingkungan yang tidak berasap.






DAFTAR PUSTAKA

 Almatsier, A.(2009).Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Gramedia Pustaka Utama.Salemba:Jakarta.

 Avicena.(2009).Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA).16 Februari 2010.http://www.google.com/

Depkes RI.(2005).Modal Pelatihahn Pengelolaan Rantai Vaksin Program Imunisasi.Jakarta.

Depkes R. (2005).Rencana Kerja Jangka Menengah Nasional : Penanggulangan Pneumonia Balita Tahun 2005-2009.

Hidayat, A.Aziz.(2008).Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Salemba : Jakarta.

Ngastiyah.(2005). Perawatan Anak Sakit. EGC:Jakarta

Prabu.(2009).Faktor Resiko Terjadinya ISPA.10Februari2009.http://www.google.com/

WHO(2005).Tata Laksana Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Anak : Pedoman Praktis Penderita RAwat Jalan..

0 komentar
0 Responses

« Posting Lebih Baru Posting Lama »
Langganan: Posting Komentar (Atom)
My Widget

clock

Translate

Recent Posts

Apakah postingan ini bermanfaat bagi Anda?

Guest Book

Silakan Pasang Kode Buku Tamu yang sudah di copy tadi Di Sini
[get this widget]> [Tutup]

Blog Archive

  • ▼  2015 (7)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  April (2)
    • ▼  Maret (3)
      • Waspada, ISPA pada anak!
      • Manfaat Jahe
      • Pembuatan Nata De Carroto

Mengenai Saya

Unknown
Lihat profil lengkapku

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Recent Posts

Subscribe

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

  • TRANSFUSI DARAH
    Definisi Adalah proses pemindahan darah dari donor ke dalam peredaran darah penerima (resipien) (FK UI, 1985: 483). Indikasi ...
  • BRONKITIS
    1.1   KONSEP MEDIS 1.1.1    Pengertian   Bronkitis merupakan penyakit ringan yang dapat sembuh dengan sendirinya dan hanya memerl...
  • TUBERCULOSIS (TBC)
    1.1 Definisi Tuberculosis (TB) adalah penyakit akibat infeksi Mycobacterium Tuberculosis secara sistemis sehingga dapat mengenai hampir s...
  • Manfaat Jahe
    Jahe merupakan tanaman herbal yang multi guna. Selain sebagai bahan baku obat-obatan tradisional juga merupakan salah satu bumbu penyedap...
  • NUTRISI dan MALNUTRISI
                I.              Nutrisi                        Sepanjang rentang kehidupan manusia tidak pernah berhenti untuk bernapas da...
  • Pembuatan Nata De Carroto
         Sayuran wortel dan buah tomat merupakan salah satu jenis tanaman yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari di Indon...
  • Waspada, ISPA pada anak!
    Salah satu penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Penyakit ini sering terjad...

cursor

monkey Cute Rocking Baby Monkey
Copyright (c) 2010 NursingHealth&Science. Design by Template Lite
Download Blogger Templates And Directory Submission.