skip to main | skip to sidebar

Pages

  • Beranda

NursingHealth&Science

NUTRISI dan MALNUTRISI

09.29 | Publish by Unknown


   
     I.            Nutrisi           

            Sepanjang rentang kehidupan manusia tidak pernah berhenti untuk bernapas dan makan, karena memang itulah salah satu ciri makhluk hidup. Seperti ada pepatah “Makan untuk hidup, bukan hidup untuk makan”. Dari sinilah baik manusia, hewan maupun tumbuhan sekalipun membutuhkan makanan atau nutrisi untuk tetap bertahan hidup terutama pada masa tumbuh kembang. Menurut Heriana. P, 2014 nutrisi merupakan zat-zat gizi atau zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh manusia yang bertujuan untuk menghasilakn energi yang nantinya akan digunakan untuk aktivitas tubuh serta mengeluarkan zat sisanya (hasil metabolisme). Adapun manfaat nutrisi bagi tubuh, yaitu :

1.      Sebagai sumber energi.
2.      Sebagai pengatur dan pelindung tubuh terhadap panyakit.
3.      Sebagai pembangun tubuh baik untuk pertumbauhan maupun perbaikan tubuh.
4.      Sebagai sumber bahan pengganti sel-sel tua yang sudah dimakan usia atau rusak.
5.      Mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan, isalnya keseimbangan air, asam-basa dan mineral dalam cairan tubuh.
6.      Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit, misalnya sebagai antioksidan dan antibodi.
Didalam bahan makanan terkandung berbagai zat yang diperlukan oleh tubuh, antara lain : karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Agar dapat dimanfaatkan oleh tubuh, makanan harus dicerna terlebih dahulu. Hasil pencernaan itu berupa sari sari makanan yang kemudian akan diserap oleh tubuh. Agar pencernaan bekerja dengan baik maka organ-organ pencernaanpun  harus bekerja dengan sempurna pula.Supaya sehat, orang harus makan makanan yang mengandung semua zat yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang cukup. Vitamin merupakan zat yang dibutuhkan tubuh dalam kuantitas sedikit sekali dan tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh. Apabila orang makan maknan yang tepat maka ia tidak memerlukan tambahan tablet vitamin. Beberapa hal penting yang mempengaruhi kebutuhan zat gizi adalah ukuran tubuh, usia, jenis kelamin, pekerjaan dan kondisi hamil atau menyusui.1.      Ukuran tubuh
Orang yang bertubuh besar memerlukan zat gizi lebih banyan dari pada orang bertubuh kecil.
2.      Usia
Pada masa pertumbuhan yang pesat dan banyak kegiatan pada masa remaja, diperlukan banyak zat pembangun dan zat tenaga, sedangkan orang orang yang sudah mulai tua kebutuhannya mulai berkurang.3.      Jenis kelamin
Pada usia tertentu pria memerlukan zat gizi yang lebbih banyak daripada wanita karena kegiatannya, ukuran tubuh yang lebih besar dan sebagainya. Untuk zat-zat gizi tertentu terkadang wanita memerlukan lebih banyak dibanding dengan pria.4.      Pekerjaan
Perbedaan pekerjaan terutama pekerjaan yang memerlukan kekuatatn otot menyebabkan perbedaan jumlah zat gizi yang diperlukan dengan pekerjaan yang memerlukan otak.5.      Kondisi hamil dan menyusui
Ibu hamil dan ibu menyusui memerlukan lebih banyak daripada keadaan biasa. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan janin dalam kandungan, persediaan makanan bayi pada waktu dilahirkan serta sebagai bahan persiapan ASI (Heriana. P, 2014).

Empat Sehat Lima Sempurna


     Makanan yang dikonsumsi setiap individu untuk kebutuhan selama satu hari, serta mengandung zat gizi yang sesuai dengan kebutuhannya baik jumlah maupun jenis gizinya disebut makanan seimbang (Depkes RI, 2002). Hidangan yang seimbang terdiri dari makanan pokok, lauk, sayur, buah-buahan dan susu.


1.      Golongan makanan pokok
        Merupakan sebagai sumber energi, bahan makanan yang termasuk didalamnya adalah :a.       Jenis padi-padian, seperti beras (nasi), jagung, gandum, dan lain-lain. Disamping sebagai sumber energi,  bahan makanan yang tergolong jenis ini juga merupakan sumber protein, zat besi, zat pospor dan vitamin terutama vitamin B1.
b.      Jenis umbi-umbian, seperti singkong, ubi, talas. Kadara proteinnya sangat rendah (2%). Jika bahan makanan ini dijadikan bahan makanan pokok, maka untuk memenuhi kebutuhan protein, kjita harus lebih banyak makan lauk-pauk.
c.       Lain-lain seperti sagu. Kadar proteinnnya sangat rendah (0,7%). Jika bahan makanan ini dijadikan makanan pokok, maka untuk memenuhi kebutuhan protein, kita harus banyak makan lauk-pauk terutama ikan, daging atau kacang-kacangan. Juga diperlukan sayuran dan buah-buahan karena sagu tidak mengandung garam (mineral) ataupun vitamin.
 2.      Golongan lauk
       Golongan ini merupakan zat pembangun, yaitu protein. Dalam lauk-pauk terkandung zat-zat gizi yang berguna bagi tubuh terutama untuk pertumbuhan dan perkembnagan otak terutama padamasa balita.Kegunaan lainnya adalah untuk mengganti bagian tubuh yang rusak. Bahan makanan golonhan ini terbagi menjadi dua golongan, yaitu :

a.       Sumber protein hewani : dagimg, ikan Kerang, ungas, terlur dan lain sebagainya.

b.      Sumber protein nabati : kacang-kacangan seperti kacang tanah, kacang kedelai, kacang merah, hasil dari olahan kacang-kacangan seperti tahu, temped dan oncom.

     Kacang-kacangan merupakan sumber protein yang murah. Proteinnya mempunyai kualitas yang kurang daripada protein hewani. Akan tetapi bila dikonsumsi dalam keadaan tercampur, proteinnya dapat saling melengkapi, sehingga menghasilkan campuran protein yang lebih tinggi. Selain mengandung protein, bahan makanan berupa lauk-pauk ini juga banyak mengandung mineral dana vitamin.Kekurangan lauk-pauk dalam susunan hidangan keluarga sehari-hari dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan gangguan, misalnya pada balita : badan kurus, otot lemah, pucat lesu, rambut jarang serta lamban bereaksi. 

3.      Golongan sayuran

Sayuraun merupakan sumber mineral dan vitamin, terutama kalsium, besi, fosfor, provitamin A dan vitamin C. zat-zat gizi tersebut berguna sebagai pengatur aktivitas organ tubuh kita. Jenis sayuran yang dapat dipilih adalah :a.       Sayuran yang berwarna hijau, seperti bayam, kangkung, daun singkong, daun melinjo dan lain-lain.
b.      Sayuran hijau muda, seperti buncis, kacang panjang, kacang kapri dan sebagainya.
c.       Sayuran yang berwarna merah kekuningan, seperti wortel, labu kuning, tomat dan sebagainya.
d.      Sayuran lain, seperti terung, labu siam, nangka muda dan sebagainya.

4.      Golongan buah

Buah-buahan merupakan sumber mineral dan vitamin. Buah-buahan yang berwarna merah kekunungan banyak mengandung karotin, seperti papaya, manga, nangka masak, pisang raja dan sebagainya.

 



5.      Golongan susu
     Merupakan sumber protein yang berkualitas tinggi. Susu dianjurkan terutama bagi golongan yang sedang dalam masa pertumbuhan seperti anak-anank dan remaja, selain itu juga untuk ibu hamil dan ibu yang sedang menyusui.
Ada beberapa pilihan jenis susu yang umum dikonsumsi selain susu sapi atau susu formula, yaitu :a.       Soy milk atau susu kedelai yang terdiri dari protein kedelai (hasil isolasi), yang sudah diperkaya dengan methionin, sirup jagung dan atau sucrose, dan minyak kedelai dan minyak sayuryang telah ditambahka ke dalamnya berbagai vitamin dan mineral. Soy milk inin cocok bagi bayi-bayi yang dalam penyembuhan setelah terserang diare atau bayi-bayi yang lactase deficiency.b.      Nutramigen, merupakan formula lain untuk bayi-bayi yang tidak toleran dengan soy milk maupun susu sapi. Yang dibuat dari hidrolisat casein dan minyak jagung.
c.       Progestimil yang menngandung hidrolisat casein dan trigliserida berantai medium. Namun, baud an rasanya kurang enak sehingga tidak disukai anak.
d.      Susu kambing mungkin tidak cocock untuk bayi karena rendah kandungan Fe, folat, vitamin, C dan D. Disamping itu, susu ini mengandung solute (zat terlarut) lebih tinggi daripada susu sapi, sehingga dapat menyebabkan acidosis bila diberikan pada bayi saat bulan-bulan pertama setelah kelahiran (Khomsan. A, 2010).
        Golongan makanan yang hanya memberikan kalori, dan sedikit sekali protein, mineral dan vitamin adalah :a.       Minyak dan lemak, merupakan sumber kalori murni dan memberi rasa gurih pada makanan. Disamping itu lemak juga berguna untuk melarutkan vitamin A,D, E dan K dalam tubuh. Minyak, cair pada suhu kamar biasa, sedangkan lemak dalam keadaan beku.
b.      Gula murni
(Heriana. P, 2014)


       Di dalam mengolah makanan harus diperhatiakn bahwa bebrapa zat makanan akan rusak oleh cara pengolahan yang kurang baik, seperti:a.      Garam, vitamin B dan C akan larutdalam air, juka terlalu lama terkena air.
b.      Vitamin C akan rusak  jika terkekna udara atau panas.
Untuk menghindarkan  banyak kehilangan zat-zat  makanan perlu diperhatiakan beberapa hal berikut :1.      Cucilah sayuran sebelum dipotong-potong.
2.     Jangan membiarkan sayuran terendam dalam air.
3.     Masaklah sayuran pada waktu dekat sebelum makan.
4.  Jangan membuang air perebus sayuran; gunakanlah untuk masakan lain, atau minumlah. Rebuslah sayuran dalam air secukupnya saja.
5.      Tutuplah sayuran waktu memasak.
6.   Didihkanlah air sebelum memasukkan sayuran, masaklah dalam api besar, jangan membiarakan sayuran terlalu matang.
7.   Hidangkan buah-buahan dengan kulitnya, bila perlu dikupas lakukanlah mendekati waktu makan.
8.      Simpanlah sayuran mentah dalam keadaan dibungkus di tempat yang sejuk.
9.      Bila mencuci beras jangan terlalu diulang dan jangan terlalu digosok-gosok.
10.  Masaklah beras dalam air secukupnya, bila airnya nmendidih berlebihan jangan dibuang, tetapi gunkanlah sebagai minuman atau campurkan ke masakan lain.
        

        Di dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok usia yang paling mudah  terkena gangguan kesehatan karena kekurangan gizi. Kelompok tersebut beada pada suatu silkus pertumbuhan atau perkembangan yang membutuhkan zat-zat gizi dalam jumlah yang lebih besar dari kelompok usia lainnya. Kelompok yang rentan gizi ini terdiri dari :1.      Kelompok bayi (0-1 tahun)
      Bayi berada di dalam masa pertumbuhan dan perkembangan paling pesat. Bayi yang dilahirkan dengan sehat, pada usia 6 bulan berat badannya akan mencapai  dua kali lipat dari berat pada waktu lahir. Zat-zat gizi yang paling diperlukann ialah : protein (3-4 gram/KgBB/hari), kalsium untuk pertumbuhan tulang dan gigi, vitamin D, vitamin A dan K yang diberikan sejak pasca natal, serta Fe (besi). Secara alamiah semua zat-zat gizitersebut tersedia dalam ASI. Oleh karena itu apabila gizi ibu cukup baik dan memberikan ASI eksklusiv zat gizi tersebut sudah mencukupi. Selain itu ASI juga memiliki keunggulan mengandung immunoglobulin yang memberi daya tahan tubuh pada bayi. Penggantian ASI dengan makanan pengganti ASI sebaiknya dilakukan secara berangsur-angsur agar anak dan alat pencernaannya mengadakan penyesuaian sedikit demi sedikit (Heriana. P, 2014).
         Pada usia 6-24 bulan merupakan masa kritis karena pada periode tersebut tanda dan gejala gagal tumbuh umumnya mulai terlihat. Derajat gagal tumbuh  paling sering terjadi pada masa itu.  Penyebabnya adalah keadaan gizi ibu selama hamil, pola makan bayi yang salah dan penyakit infeksi (Kusumawati. E, 2012).Pertmbuhan otak erat kaitannya dengan maslah kekuranag gizi, maka ukuran lingkar kepalasering dijadikan indikator untuk mengetahui ststus gizi seorang anak. Umumnya anak kurang gizi memiliki lingkar kepala lebih kecil disbandingkan dengan yang normal. Gangguan perkembangan otak pada awal kehidupan akan berdampak negatif pada periode usia selanjutnya (Khomsan. A, 2010).
2.      Kelompok balita (1-5 tahun)
         Bebrapa kondisi yang menyebabkan anak balita rawan gizi adalah :a.    Anak balita masih dalam proses transisi dari makanan bayi ke makanan orang dewasa.
b.   Biasanya anak balita yang sudah mempunyai adik atau ibunya yang sudah mulai kembali bekerja penuh sehingga perhatian ibu berkurang. Dan pengurusan anak yang sering diserahkan kepada saudarnya yang lebih tua, tetapi tidak memiliki pengalaman dan keterampilan untuk mengurus anak dengan baik.
c.   Anak balita belum dapat mengurus dirinya sendiri, termasuk dalam memilih makanan. Sedangkan ibunya sudah tidak begitu memperhatikan lagi makanan anak balita karena dianggap sudah bias makan sendiri.
d.  Anak balita sudah mulai main di tanah bahkan di luar lingkungn rumahnya, sehingga lebih terpapar dengan lingkungan yang kotor dan kondisi yang memungkinkan terinfeksi dengnan berbagai jenis penyakit.

      Oleh karena itu harus diperhatikan :a.   Kembangkan kebiasaan makan yang baik
Anak perlu mengkonsumsi panagan yang beragam dan seimbang. Orang tua harus berusaha untuk makan yang beragam dan menghindari ungkapan ketidaksukaan terhadap makanan tertentu.b.   Kesukaan makan
Ada masa anak hanya mau makan satu atau dua jenis makanan saja, hal itu adalah umum. Konsumsi selama periode beberapa minggu kemudian akan menyeimbangkannya.c.   Keahlian makan
Anak ingin menyuapi dirinya sendiri dan kadang-kadang mengalami kesulitan. Walaupun prosesnya kotor dan berantakan, tetapi harus dibimbing. Penekanan yang harus selalu rapi akan menimbulkan stress dan ketegangan pada waktu makan.d.   Konsumsi mineral dan kalsium
Sayur-sayuran yang berwarna hijau memberikan zat besi, dan anak-anak sebaiknya minumsusu secara teratur.

e.   Minimalkan obesitas
Penggunaan makanan manis dan gorengan harus dikurangi dan diganti dengan buah-buahan. Orang tua juga harus membatasi kebiasaan anak menonton TV sepanjang hari, karena akan merangsang selera makan makanan yang mengandung zat gizi rendah.

Perbaikan gizi kelompok balita oleh pemerintah   diupayakan melalui adanya Posyandu, program PMT (Pemberian Makanan Tambahan), ataupun Taman Balita.

3.      Kelompok anak usia sekolah (6-13tahun)
Masalah yang sering timbulpada usia ini adalah :a.       Berat badab rendah
b.      Defisiensi Fe (besi)
c.       Defisiensi vitamin C dan sebagainya.
     Masalah tersebut timbul karena anak sangat aktif bermain dan banyak kegiatan di sekolah maupun di lingkungan. Di lain pihak pada usia ini terkadang selera makannya  menurun, sehingga konsumsi makanan tidak seimbang dengan kalori yang dibutuhkan.      Hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi anak untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi:a.      Seluruh anggota keluarga paling sedikit harus makan bersama sekali daklam sehari.
b.      Ikut sertakan anak-anak dalam penyiapan makanan.
c.     Sediakan makanan kecil bergizi di rumah, khususnya anak-anak yang ditinggal sendiri dirumah setelah pulang sekolah.
 4.      Kelompok remaja (14-20 tahun)
      Pertumbuhan anak remaja yang sangat pesat dengan berbagai kegiatan fisik maupun nonnfisik. Oleh karena itu bila konsumsi makanan tidak seimbang dengan kebutuhan kalori untuk pertumbuhan dan kegiatannya, maka akan terjadi defisiensi yang menghambat pertumbuhannya.a.   Menstruasi pada remaja putri berarti adanya pembuangan Fe. Sedangkan remaja putri sering sangan menperhatikan bentuk badannya, sehingga membatasi konsumsi makannya.
b.   Kegiatan fisik pada remaja putra sangat meningkat (atletik, sepak bola, mendaki gunung dan sebagainya). Bila konsumsi berbagai sumber gizi tidak ditingkatkan, mungkin terjadi defisiensi.
Faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih menu :a.       Batasi gorengan menjadi satu sajian perhari atau 2-3 sajian perminggu.
b.      Untuk mencegah osteoporosis, sangat penting bagi remaja putri mengkonsumsi susu.

5.      Kelompok ibu hamil
    Bagi ibu hamil penting untuk pertumbuhan janin selama dalam kandungan serta pertumbauhan berbagai organ tubuh sebagai pendukung proses persalinan tersebut. Untuk mendukung berbagai proses tersebut, maka kebutuhan makanan sebagai sumber energi meningkat.     Peningkatan kalori ibu hamil sebanyak 300-350 kalori/hari dan protein sebanyak 10 gram/hari serta peningkatan suplai vitamin, terutama tiamin, riboflavin, vitamin A, D, mineral khususnya  Fe dan kalsium. Kekurangan gizi pada kelompok ini berakibat :a.       Berat Badan Bayi pada waktu Lahir Rendah (BBLR)
b.      Kelahiran prematur ( lahir belum cukup umur kehamilan)
c.       Melahirkan dengan berbagai kesulitan
d.      Lahir mati atau lahir cacat

      Tubuh kita memerlukan sejumlah asam folat setiap hari, sayangnya tubuh tidak dapat menyimpannya dalam jumlah banyak. Oleh karena itu, asam folat harus kita konsumsi melalui makanan sehari-hari. Asam folat inilah sebagai pembentuk sel darah merah dimana fungsinya mengangkut oksigen untuk keperluan organ-organ tubuh. Pada ibu yang mengandung, anemia dapat berdampak buruk bagi janin. Anemia karena defisiensi asam folat disebut juga anemia megaloblastic (sel darah merah besar dan abnormal) (Khomsan. A, 2010). 

      Ibu hamil dianjurkan banyak makan sayuran berdaun hijau, hati ayam atau sapi, kacang merah, dan kedelai karena jenis makanan ini kaya akan kandungan asam folat. Kebiasaan berpantang pada makanan pada ibu hamil harus dicermati, makanan yang dipantang kadang-kadang kaya aka gizi trtentu sehingga budaya pantang ini dapat merugikan kesehatan ibu dan janin.

     Kebutuhan asam folat yang tinggi pada ibu hamilsering kali tiak dapat terpenuhi dari makanan. Maka, disarankan berkonsultasi dengan doktre tentang perlu tidaknya minum suplemen asam folat. Sering kali dianjurkan agar wanita hamil minum suplemen asam folat 400 mcg-1 mg/hari.
      Pada masa trimester pertama sering terjadi rangsangan pada organ rongga perut, yang dapat menimbulakn nausea (mual), vomitus (muntah), hyperemesis gravidarum dan anorexia (hilangnya atau kurang selera makan). Untuk mengurangi efek tersebut, maka makanan yang dianjurkan harus :a.       Kering, minum harus dipisahkan dari waktu makan
b.      Makan sedikit-sedikit tapi sering
c.       Kadar lemak rendah
d.      Makanan mudah dicerna dan jangan banyak mengandung bumbu
e.       Tinggi protein
f.       Pada trimester kedua masa kehamilan sebaiknya diberi suplemen Fe, vitamin C dan B-kompleks.
 6.      Kelompok ibu  menyusui
   Pasa saat postpartum atau setelah melahirkan organ-organ tubuh ibu kembali menyesuaikan menjadi bentuk normal seperti sebelum hamil.payudara mulai menyiapkan diri untuk menghasilkan ASI. Melalui ASI zat-zat yang dibutuhkan bayi baru lahir (neonatus) diberikann  dari si ibu yang telah dipersiapkan terlebih dahulu selama proses kehamilan.        Sekresi ASI sekitar 800-850 mL/hari dan setiap 100 mL-nya mengandung : kalori 60-65 kal, protein 1,0-1,2 gram dan lemak 2,5-3,5 gram. Komponen tersebut diperoleh dari tubuh ibu dan harus digantikan senagn supali makanan ibu sehari-hari. Apabila suplai makanan tidak mencukupi, zat-zat gizi dalam ASI akan terpengaruh. Khusus untuk protein bila konsumsi ibu kurang mencukupi , maka ASI akan tetap memberikan jatah pada anak dengan mengambil dari jaringan tubuh ibu, akibatnya ibu jadi kurus. Bila konsumsi ibu kurang mengandung kalsium, maka kalsium akan diambil dari cadangan kalsium jaringan ibu, sehingga menjadi osteoporosis dan kerusakan gigi. 7.      Kelompok usia lanjut
        Kelompok ini tidak berhubungan dengan pertumbuhan badan, tetapi sebaliknya terjadi degenerasi jaringan dan sel-selnya sehingga dapat menimbulkan gangguan gizi. Oleh sebab itu, untuk lansia makanan yang dikonsumsi sebaiknaya :a.   Makanan dipotong kecil-kecil, lunak dan mudah ditelan.Gigi giligi lansia mungkin sudah banyak mengalami kerusakan bahkan copot, sehingga menimbulkan kesulitan dalam mengunyah makanan. Maka makanan harus diolah sehingga tidak perlu digigit atau dikunyah keras-keras.
b.   Makanan yang tidak banyak mengandung lemak. Pada lansia lemak sulit dicerna karena berkurangnya sekresi empedu.
     Kadar serat jangan terlalu banyak, tetapi harus tetap tersedia. Serat tidak dapat dicerna, tetapi serat dapat melancarkan peristaltic sehingga dapat membantu dalam proses b.a.b atau defekasi (Heriana. P, 2014).
      Kaum manula umumnya memiliki kadar glucose tolerance yang semakin berkurang. Hal ini menyebabkan naiknya kadat gula dalam darah. Oleh karena itu, konsumsi makanan yang manis-manis sebaiknya dikurangi (Khomsan. A, 2010).      Di antara mineral-mineral dan vitamin, kalsium (Ca), zat besi (Fe) dan vitamin A adalah yang paling penting untuk diperhatikan lansia. Kekurangan Ca menyebabkan tulang menjadi cepat rapuh dan mudah patah (Khomsan. A, 2010).
    Air bukanlah zat gizi, tetapi peranannya sangat vital apalagi bagi lansia. Air dapat meringankan kerja ginjal yang biasanya sudah tidak dapat berfingsi secara maksimal padanya. Minum air yang banyak (5-8 gelas) sehari sangat dianjurkan untuk membantu proses pencernaan dan mengatasi konstipasi.

    II.            Malnutrisi dan Pertumbuhan
       Menurut Depkes RI, 2004 keluarga yang sadar gizi (Kadarzi) merupakan keluarga yan berperilaku gizi seimbang, mampu mengenali dan mengatasi masalah gizi keluarga dengan cara :1.      Memberi hanya ASI saja pada bayi, sejak kelahiran sampai 6 bulan.
2.      Memantau berat badan scara teatur.
3.      Makan beraneka ragam.
4.      Mengkonsumsi hanya garam beryodium
5.  Mendapatkan dan memberikan suplementasi gizi bagi anggota keluarga yang membutuhkan.
     Indikator Kadarzi antara lain : cara pengolahan menu, PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat), dan makana 4 sehat 5 sempurna (Fatmah, 2010).Menurut perkiraan WHO, sebanyak 54% penyebab kematian bayi dan balita disebabkan oleh keadaan gizi anak yang buruk. Risiko meninggal dari anak yang bergizi buruk 13 kali lebih besar dibandingkan anak yang normal (World Bank, 2006). Sementara di Indonesia berdasarkan data Susenas tahun 2005 prevalensi balita gizi buruk masih sebesar 8.8%.
     Seorang anak yang sehat dan normal akan tumbuh sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya. Tetapi pertumbuhan ini akan dipengaruhi oleh intake zat gizi yang dikonsumsi dalam bentuk makanan. Kekuranagan  atau kelebihan gizi akan dimanifestasikan dalam bentuk pertumbuhan yang menyimpang dari pola standar. Pengertian yang umum kita gunakan selama ini terkait gizi buruk diantaranya dikemukakan Gibson (2005), yang mengemukakan bahwa gizi buruk merupakan salah satu klasifikasi status gizi berdasarkan pengukuran antropometri. Sedangkan pengertian status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut dapat dilihat dari variabel-variabel pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi badan/ panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan dan panjang tungkai. Jadi, pertumbuhan fisiklah yang sering dijadikan indikator untuk mengukur status gizi baik individu maupun populasi.


 Kurang Energi Protein (KEP) merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang disebabkan oleh kekurangan energi maupun protein dalam proporsi yang berbeda-beda, pada derajat yang ringan sampai berat.   Beberapa pengertian Kurang Energi Protein (KEP):
a.       KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Disebut KEP apabila berat badannya kurang dari 80 % indeks berat badan menurut (BB/U) baku WHO-NCHS (Depkes RI, 1997).
b.      Istilah Kurang Energi Protein (KEP) digunakan untuk menggambarkan kondisi klinik berspektrum luas yang berkisar antara sedang sampai berat. KEP yang berat memperlihatkan gambaran yang pasti dan benar (tidak mungkin salah) artinya pasien hanya berbentuk kulit pembungkus tulang, dan bila berjalan bagaikan tengkorak  (Daldiyono dan Thaha, 1998).
c.       KEP adalah gizi buruk yang merupakan suatu istilah teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk itu sendiri adalah bentuk terparah (akut) dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun atau kekurangan gizi tingkat berat. Gizi buruk yang disertai dengan tanda-tanda klinis disebut marasmus, kwashiorkor dan kombinasi marasmus kwashiorkor (Soekirman, 2000).
d.      KEP terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori dan protein atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Kedua bentuk defisiensi ini tidak jarang berjalan bersisian, meskipun salah satu lebih dominan ketimbang yang lain Arisman (2004).


    Almatsier (2004) mengatakan KEP adalah sindroma gabungan antara dua jenis kekurangan energi dan protein, dimana sindroma ini merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia.

Menurut Depkes RI (2008), gizi buruk adalah suatu keadaaan kurang gizi tingkat berat pada anak berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) < -3 standar deviasi WHO-NCHS dan atau ditemukan tanda-tanda klinis marasmus, kwashiorkor dan marasmus kwashiorkor. Beberapa pengertian gizi buruk menurut  Depkes RI (2008) adalah sebagai berikut :
a.       Gizi buruk: adalah keadaan kurang gizi tingkat berat pada anak berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) <-3 SD dan atau ditemukan tanda-tanda klinis marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor.

b.      Marasmus: adalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan tampak sangat kurus, iga gambang, perut cekung, wajah seperti orang tua dan kulit keriput.

c.       Kwashiorkor: adalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan edema seluruh tubuh terutama di punggung kaki, wajah membulat dan sembab, perut buncit, otot mengecil, pandangan mata sayu dan rambut tipis/kemerahan.

d.      Marasmus-Kwashiorkor: adalah keadaan gizi buruk dengan tanda-tanda gabungan dari marasmus dan kwashiorkor yang dalam masyarakat lebih dikenal dengan “busung lapar”.


     Beberpa tanda-tanda klinis gizi buruk diatas menurut (Gibson, 2005), sebagai berikut:

   1. Marasmus : badan nampak sangat kurus;  wajah seperti orang tua; cengeng dan atau rewel; kulit tampak keriput, jaringan lemak subkutis sedikit sampai tidak ada (pada daerah pantat tampak seperti memakai celana longgar / ”baggy pants”); perut cekung; iga gambang; sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis) dan diare.

  2. Kwashiorkor : edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki; wajah membulat (moon face) dan sembab;  pandangan mata sayu; rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit dan mudah rontok;  perubahan status mental, apatis, dan rewel; pembesaran hati; otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk; kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis); sering disertai penyakit infeksi (akut), anemia dan diare.

   3. Marasmus Kwashiorkor: Merupakan gabungan dari beberapa gejala klinis marasmus dan kwashiorkor.


       Anak-anak yang menderita gizi kurang  berpenampilan lebih pendek dengan bobot badan lebih rendah dibandingkan rekan-rekannya sebaya yang sehat dan bergizi baik. Laju pertambahan bobot akan lebih banyak terpengaruh pada kondisi kurang gizi dibandingkan tinggi badan. Oleh karena itu, penurunan bobot badan ini yang paling sering digunakan untuk menapis anak-anak yang mengalami gizi kurang. Bila defisiensi gizi berlangsung lama dan parah, maka pertumbuhan tinggi badan akan terpengaruh pula, bahkan proses pendewasaan akan terganggu. Pertumbuhan tinggi badan ini bisa terhambat bila anak mengalami defisiensi protein (meskipun konsumsi energinya cukup) (Khomsan. A, 2010).         Terdapat sebuah model yang dikembangkan Unicef tahun 1990, untuk mengurai faktor penyebab gizi buruk ini (Soekirman, 2000). Dengan model tersebut, penyebab masalah gizi dibagi dalam tiga tahap, yaitu penyebab langsung, penyebab tidak langsung dan penyebab mendasar.
  1. Terdapat dua penyebab langsung gizi buruk, yaitu asupan gizi yang kurang dan penyakit infeksi.
  2. Terdapat 3 faktor pada penyebab tidak langsung, yaitu tidak cukup pangan, pola asuh yang tidak memadai, dan sanitasi, air bersih/ pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai.
  3. Penyebab mendasar/akar masalah gizi buruk adalah terjadinya krisis ekonomi, politik dan sosial termasuk bencana alam, yang mempengaruhi ketersediaan pangan, pola asuh dalam keluarga dan pelayanan kesehatan serta sanitasi yang memadai, yang pada akhirnya mempengaruhi status gizi balita.
         Secara perlahan, kekurangan gizi akan berdampak pada peningkatan kematian ibu, bayi dan balita serta umur harapan hidup yang rendah. Dampak kekurangan gizi juga terlihat pada partisipasi sekolah, pendidikan, serta pertumbuhan ekonomi yang lambat (Kusumawati. E, 2012).
     Berbagai penelitian menunjukkan dampak serius masalah gizi buruk  terhadap kesehatan, bahkan terhadap kelangsungan hidup suatu bangsa. Dampak jagnka pendek gizi buruk terhadap perkembangan anak antara lain anak akan menjadi apatis, mengalami gangguan bicara serta gangguan perkembangan lain. Sementara dampak jangka panjang berupa penurunan skor Iintelligence Quotient (IQ), penurunan perkembangan kognitif, penurunan intergrasi sensori, gangguan pemusatan  perhatian, gangguan penurunan rasa percaya diri serta akan menyebabkan merosotnya prestasi sekolah.Kurang gizi yang berpotensi menjadi penyebab kemiskinan melalui  rendahnya kualitas sumber daya manusia dan produktivitas. Gizi buruk yan tidak dikelola dengan baik, pada fase akutnya akan mengancam jiwa dan pada jangka panjang akan menjadi ancaman hilangnya sebuah generasi penerus bangsa.

     Sebagai langkah awal penanggulangan masalah gizi buruk diatas, diperlukan sistem kewaspadaan dini dengan indikator dan alat ukur yang sensitif. Dalam kaitan ini diperlukan sebuah sistem surveillance gizi buruk. Menurut WHO, survailans gizi merupakan kegiatan pengamatan keadaan gizi, dalam rangka untuk membuat keputusan yang berdampak pada perbaikan gizi penduduk dengan menyediakan informasi yang terus menerus tentang keadaan gizi penduduk, berdasarkan pengumpulan data langsung sesuai sumber yang ada, termasuk data hasil survei dan data yang sudah ada (Mason et al., 1984)       Sementara menurut Keputusan Menteri Kesehatan nomor: 1116/Menkes/SK/VI II/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi Kesehatan dan Penyakit salah satu kegiatannya adalah pelaksanaan SKD KLB. SKD KLB merupakan kewaspadaan terhadap penyakit berpotensi KLB serta faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan menerapkan teknologi surveilans epidemiologi dan dimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan, upaya pencegahan dan tindakan penanggulangan KLB yang cepat dan tepat (Depkes RI, 2004). Beberapa prinsip melaksanakan SKD-KLB gizi buruk tersebut antara lain:
a.       Kajian epidemiologi secara rutin
b.      Peringatan kewaspadaan dini
c.       Peningkatan kewaspadaan dan kesiap siagaan.
Sedangkan berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk penanggulangan masalah gizi buruk menurut  Depkes RI (2005) dirumuskan dalam beberapa kegiatan berikut : a.  Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita diposyandu.
b.   Meningkatkan cakupan dan kualitas tata laksana kasus gizi buruk di puskesmas / RS dan rumah tangga.
c.    Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi dari keluarga miskin.
d.  Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASI/MP-ASI).
e.     Memberikan suplemen gizi (kapsul vitamin A) kepada semua balita.
d.  Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASI/MP-ASI). e.    Memberikan suplemen gizi (kapsul vitamin A) kepada semua balita.

        Sebagai penutup, dapat dikatakan bahwa intake gizi yang baik berperanan penting didalam mencapai pertumbuhan badan yang optimal. Dan pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup pula pertumbuhan otak yang sangat menentukan kecerdasan seseorang. Dampak akhir dari konsumsi gizi yang baik dan seimbang adalah meningkatnya kualitas sumberda manusia.


Daftar Pustaka Daldiyono & Thaha,A.R. 1998. Kapita Selekta Nutrisi Klinik. Jakarta: Perhimpunan Nutrisi Enteral  dan Panenteral Indonesia.

Depkes RI. 2002. Managemen Penderita Gizi Buruk di Rumah Tangga. Jakarta.

Depkes RI. 2004. Keluarga Sadar Gizi. Jakarta.

Depkes RI. 2004. Kepmenkes tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan dan Penyakit. Jakarta.

Depkes RI. 2005. Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk 2005-2009. Jakarta.

Depkes RI. 2008. Pedoman Pelaksanaan Respon Cepat Penanggulangan Gizi Buruk. Jakarta.

Depkes RI. 2008. Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) KLB-Gizi Buruk. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Jakarta.

Fatmah. 2010. Pengetahuan dan Praktek Keluarga sadar Gizi Ibu Balita. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional.Vol 4. No 4.

Gibson, R.S. 2005. Principles of Nutrition Assesment. New York: Oxford, University Press.

Kusumawati. E, Setiyowati Rahardjo. 2012. Pengaruh Pelayanan Kesehatan Tehadap Gizi Buruk Anak Usia 6-24 Bulan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. Vol 6. No 4.

Khomsan. A. 2010. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta: Rajawali Sport.

Mason, et al. 1984. Nutritional Surveillance. WHO.

Nency, Y. & Arifin, M.T. 2005. Gizi Buruk, Ancaman Generasi yang Hilang. Jurnal Inovasi Online Kesehatan, Vol.5, No.XVII:

Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas RI.
  

0 komentar
0 Responses

« Posting Lebih Baru Posting Lama »
Langganan: Posting Komentar (Atom)
My Widget

clock

Translate

Recent Posts

Apakah postingan ini bermanfaat bagi Anda?

Guest Book

Silakan Pasang Kode Buku Tamu yang sudah di copy tadi Di Sini
[get this widget]> [Tutup]

Blog Archive

  • ▼  2015 (7)
    • ►  Agustus (2)
    • ▼  April (2)
      • TRANSFUSI DARAH
      • NUTRISI dan MALNUTRISI
    • ►  Maret (3)

Mengenai Saya

Unknown
Lihat profil lengkapku

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Recent Posts

Subscribe

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

  • TRANSFUSI DARAH
    Definisi Adalah proses pemindahan darah dari donor ke dalam peredaran darah penerima (resipien) (FK UI, 1985: 483). Indikasi ...
  • Manfaat Jahe
    Jahe merupakan tanaman herbal yang multi guna. Selain sebagai bahan baku obat-obatan tradisional juga merupakan salah satu bumbu penyedap...
  • TUBERCULOSIS (TBC)
    1.1 Definisi Tuberculosis (TB) adalah penyakit akibat infeksi Mycobacterium Tuberculosis secara sistemis sehingga dapat mengenai hampir s...
  • BRONKITIS
    1.1   KONSEP MEDIS 1.1.1    Pengertian   Bronkitis merupakan penyakit ringan yang dapat sembuh dengan sendirinya dan hanya memerl...
  • Pembuatan Nata De Carroto
         Sayuran wortel dan buah tomat merupakan salah satu jenis tanaman yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari di Indon...
  • Waspada, ISPA pada anak!
    Salah satu penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Penyakit ini sering terjad...
  • NUTRISI dan MALNUTRISI
                I.              Nutrisi                        Sepanjang rentang kehidupan manusia tidak pernah berhenti untuk bernapas da...

cursor

monkey Cute Rocking Baby Monkey
Copyright (c) 2010 NursingHealth&Science. Design by Template Lite
Download Blogger Templates And Directory Submission.