skip to main | skip to sidebar

Pages

  • Beranda

NursingHealth&Science

TRANSFUSI DARAH

19.13 | Publish by Unknown



Definisi
Adalah proses pemindahan darah dari donor ke dalam peredaran darah penerima (resipien) (FK UI, 1985: 483).

Indikasi
Secara umum indikasi transfusi darah :
a.       Penggantian volume darah pada kehilangan darah akut , misalnya pada perdarahan, trauma, luka bakar.
b.      Untuk mengganti kekurangan komponen seluler darah  atau kimia darah, misalnya anemia, thrombositopeni, hipoprotombinemia, hipofibrinogenimia.
c.       Defisiensi faktor koagulasi.
d.      Berkurangnya atau defek berkurangnya jumlah trombosit atau leukosit.
e.       Pada pembedahan pintas cardio-pulmonal (open heart surgery).
f.       Transfusi tukar (exchange transfution).

Sedangkan pada keadaan anemia yang memerlukan tindakan transfusi, ialah :
a.       Anemia karena perdarahan
Biasanya diambil batas Hb 7-8 gr%. Bila Hb telah turun sampai 4,5 gr%, maka penderita tersebut telah sampai ke dalam fase yang menbahayakan dan transfuse darah harus segera dilakukan dengan hati-hati.
b.      Anemia hemolitik
Biasanya kadar Hb dipertahankan sampai batasa penderita dapat mengatasi diri, umumnya Hb sekitar 5gr%. Hal ini untuk menghindari seringnya transfuse darah.
c.       Anemia aplastik, leukekmia dan anemia refrakter.
d.      Anemia karena sepsis.
e.       Anemia pada orang yang akan mengalami operasi.
f.       Anemia pada kehamilan yang dekat saat kelahiran.

Jenis-jenis transfusi
Ada beberapa jenis darah yang biasa digunakan untuk tindakan  transfusi, antara lain :
a.       Packed Red Cells
            Merupakan komponen yang terdiri dari eritrosit yang telah dipekatkan dengan memisahklan komponen-komponen yang lain. PRC banyak dipakai untuk pengobatan anemia terutama pada Thalasemia, anemia aplastik, leukemia dan anemia karena keganasan lainnya. Pemberiannya bertujuan untuk memperbaiki oksigenasi jaringan dan alat-alat tubuh. Biasanya tercapai bila kadar Hb sudah  > 8gr%.
PRC yang dibuat dakam kantong plastic pada saat segera setelah donasi darah, diputar secara khusus sehingga terpisah dari komponen-komponen lainnya, jauh lebih baik dan  lebih tahan lama bila disimpan. Sedangkan PRC yang dibuat secara pengendapan darah di dalam botol lalu bagian plasmanya disedot ke luar komponen yang ideal Karena sudah terbuka resiko kontaminasi pada waktu penghisapan. Waktu penyimpanannya tidak sampai 24 jam di dalam alat pendingin darah.
            Atau cara yang lebih sederhana ialah dengan menyediakan darah yang telah menngendap dipasang perlengkapan infus serta jarum udara pada posisi botol tegak. Kemudian botol dibalikkan secara perlahan-lahan sehingga bagian endapan eritrosit berada di bawah, di bagian tutup botol yang terletak sudah  di bawah dan terpasang jarum infus. Selanjutnya endapan eritrosit yang dialirkan ke resipien dan transfuse dihentikan bila isi botol sudah mencapai buffy coat atau dekat plasma.
            Dosis transfusi yang diberikan berdasarkan makin anemi seorang resipien, maka makin sedikit jumlah darah yang diberikan per et mal di dalam satu seri transfusi darah dan makin pelan pula tetesan yang diberikan. Ini dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal jantung. Dosis yang digunakan untuk menaikkan kadar Hb ialah dengan menggunakan rumus empiris : Kebutuhan darah (ml) =  6 x BB (kg) x kenaikan Hb yang diharapkan. 
            Dalam hal terjadi penurunan kadar Hb 1-2 hari pascatransfusi, maka harus diperkirakan adanya  auto immune haemolytic anemia. Dalam keadaan demikaian pemberian washed packed red cell merupakan komponen pilihan disamping pemberian immune suppressive (prednisone, Imuran) terhadap resipien.

b.      Suspensi garanulosit
            Diberikan pada penderita granulositopenia (neutropenia) yang sedang menderita infeksi, leukemia, penyakit keganasan lainnya serta anemia aplastik yang jumlah lekositnya 2.000/mm3 dengan suhu 390C atau lebih. Dengan transfusi ini, terjadi 60% perbaikan klinis setelah gagal  pengobatan yang dengan penggunaan antibiotiik saja. Beberapa ahli menganjurkan penggunaan suspensi granulosit sebagai profilaksis terhadap infeksi pada para penderita neutropenia.
            Jumlah granulosit yang diperlukan dala suatu episode serangan infeksi ialah sejumlah granulosit dari darah donor yang sama dengan jumlah darah penderita sendiri. Jadi, bila jumlah darah seorang anak dengan berat badan 15 kg ialah 1.200 ml, maka gfranulosit yang diperlukan kira-kira 3 kantong suspensi granulosit @ 25-50 ml, yang diperoleh dari 3 donor bila masing-masing donor diambil darahnya sebanyak 400 ml. Donor dari keluarga terdekat akan memperkecil kemungkinan reaksi transfusi. Bila tidak diperoleh donor yang cocok dengan golongan ABO-nya maka dapat dipilih donor golongan O.
            Komponen suspensi granulosit haraus diberikan segera setelah pembuatan dan diberikan secara intra vena langsung dengan  tetesan cepat. Efek pemberian transfusi ini akan tampak dari penurunan susu, bukan dari hitung lekosit penderita. Penurunan suspensi granulosit terjadi sekitar 1-3 hari pascatransfusi.


c.       Suspensi trombosit
            Pemberian darah segar yang mengandung trombosit kadang-kadang tidak mencukupi untuk menaikkan jumlah trombosit guna menaikkan hemostasis, berhubung terbatasnya volume transfuse darah yang dapat diterima penderita. Karena itu pemberian komponen suspensi di dalam volume yang lebih kecil lebih dapat diterima. Dalam pemberian susupensi trombosit juga diperlukan cross match.  
Indikasi pemberian transfusi ini ialah setiap perdarahan spontan atau saat operasi besar dengan jumlah trombositnya < 50.000/mm3. Misalnya penderita perdarahan pada thrombocytopenic purpure, leukemia, anemia aplastic, demam berdarah, DIC dan aplasia sumsum tulang karena pemberian sistostatika terhadap tumor ganas. Cara penghitungan jumlah suspense trombosit yang diperlukan sesuai dengan dasar penghitungan pada transfuse granulosit. Komponen trombosit mempunyai masa simpan sampai dengan 3 hari.

d.      Kriopresipitat
           Komponen urtama yang terdapat di dalamnya adalah faktor VIII atau anti hemophilic globulin (AGH). Digunakan untuk penghentian perdarahan karena berkurangnya AGH  dalam darh penderita hemofili A. AGH ini tidak bersifat genetic marker antigen seperti pada granulosit, trombosit atau eritrosit, tetapi pemberian berulang-ulang dapat menimbulkan pembentukan antibody yang bersifat inhibitor terhadap faktor VIII. Karena itu pemberiannya tidak dianjurkan sampai dosis maksimal, melainkan diberikan sesuai dosis optimal untuk kadaan klinis. Berikut ini ialah table hubungan faktor VIII dan simptomperdarahan pada hemofili :


Kadar faktor VII (%)

Symptom

1

1-5

5-25

25-50


Perdarahan spontan sendi & otot

Perdarahan hebat stelah luka kecil

Perdarahan hebat setelah operasi

Cenderung perdarahan setelah luka atau operasi


            Cara pemberian kriopesipitat ialah dengan menyuntikkan secara intra vena langsung, tidak melalui infus. Komponen ini tidak tahan pada suhu kamar, jadi pemberiannya sesegera mungkin setelah komponen mencair.

e.       Plasma
           Umumnya diperlukan untuk penderita hiperbilirubinemia. Komponen albumin di dalam palasma yang diperlukan untuk mengikat bilirubin bebas yang toksis terhadap jaringan otak bayi. Tindakan ini biasanya mendahului suatu tindakakn transfuse tukar. Dosis yang diperlukan ialah 35ml/kgBB. Penggunaan lain yang jarang dilakukan misalnya sebagai volume ekspander pada renjatan, substitusi protein pada kesulitan masukan peroral.

f.       Gamaglobulin
           Jenis ini belum diproduksi oleh LPTD, tetapi telah beredar preparat komersial. Dipergunakan untuk pengobatan immunodeficiency dari hipogamagloulinemia atau agamaglobulinemia kongenital.

Pemeriksaan yang berhubungan dengan transfusi darah
            Untuk menegetahui jenis pemeriksaan yang harus dilakukan sebelum transfusi dan kemungkinan yang akan terjadi pada dan sesudah transfusi, haruslah diketahui beberapa unsur yang ada dalam darah tersebut. Unsur penting yang harus diketahui ketahui karena mempunyai sifat antigenik ialah :
a.       Eritrosit : sistem ABO, sistem Rhesus (Rh), sistem MNS dan P, Kell, Lutheran, Duffy, Kidd, Lewis dan lain sebagainya.
b.      Leucotrombosit : walaupun sifat antigen ini lemah, ternyata kini menjadi penting sekali di bidang transplantasi karena bersifat antigen jaringan.
c.       Serum : sifat antigennya lemah, tetapi kadang-kadang dapat menimbulkan reaksi transfusi (Gm, Inv, Gc).
            Transfusi yang ideal haruslah mempunyai sifat antigen darah donor yang cocok seluruhnya terhadap antigen resipien. Hal ini sangat sulit dalam pelaksanaanya.
            Untuk keperluaun praktis, umumnya secara rutin dilakukan pengujian :
1.      Golongan darah donor dan resipien dalam sistem ABO dan Rhesus, yaitu menentukan antigen eritrosit. Menentukan golongan Rhesus dilakuakn dengan meneteskan complete antiD pada eritrosit yang diperiksa.

2.      Reverse Grouping yaitu menetukan antibodi dalam serum donor dan resipien, terutama mengenai sisten ABO.
3.      Setelah golongan darah ditentukan, barulah dilakukan cross match dari darah donor dan darah resipien yang sama. Ada dua macam cross match, yaitu major cross match (serum resipien ditetesi eritrosit donor) dan minor cross match (serum donor ditetesi eritrosit resipien). Cross match yang lengkap haruslah dalam 3 medium :
a.       Dalam NaCl fisiologis
b.      Dalam enzim (metode enzim)
c.       Serum Coombs (metode Coombs indirek)
             Semua pemeriksaan dilakukan dalam tabung serologis dan setiap hasil yang negatif harus dipastikan secara mikroskopis.
Untuk pemeriksaan yang lengkap tersebut di atas diperlukan waktu 2 jam. Dalam keadaan darurat dapat dikerjakan cross match dalam NaCl fisiologis pada gelas obyek. Bahayanya ialah tidak dapat ditentukan adanya incomplete antibody dalam darah resipien atau donor, sehingga resiko reaksi transfusi makain besar.
4.      Pemeriksaan lain  terhadap infeksi, misalnya Lues, malaria dan hepatitis serum (Hepatitis B)
Antigen Australia (antigen hepatitis serum)
      Antigen Australia ialah suatu antigen yang berhubungan dengan hepatitis serum. Antigen ini banyak ditemukan pada penderita hepatitis serum (Hepatitis B), tetapi tidak ditemukan pada penderita hepatitits infeksiosa (hepatitis A). istilah lain yang sering digunakan ialah HAA (Hepatitis Associated Antigen) dan HBsAg (Hepatitits B serum antigen). Antigen Au merupakam protein, mungkin suatu partikel protein yang terdapat dalam virus hepatitits serum. Cara pemeriksaan Antigen Au, yaitu dengan: mikroskop elektron, pemeriksaan serologis, dan pemeriksaan resipitasi imuniogis.

Komplikasi transfusi darah
1.      Reaksi pirogen. Reaksi ini disebabkan karena alat yang dipakai tidak bebas pirogen, yaitu suatu hasil metabolisme bakteria. Inkompatibilitas antigen luekotrombosit dapat pula memberikan reaksi pirogen
2.      Reaksi alergik. Dasar reaksi ini ialah reaksi sntigen-antibodi. Ada 2 kemungkinan terjadinya reaksi ini. Antigen ada di dalam darah donor bereaksi dengan antibodi dalam darah donor, secara pasif ditansfusikan ke penderita dan kompleks antigen-antibodi ini menimbulkan reaksi alergik pada resipien. Juga inkompatibilitas dari leukotrombosit dan kelompok serum dapat menimbulkan reaksi ini.
3.      Reaksi sirkuler. Rekasi ini disebabkan over loading dari peredaran darah oleh karena transfuse daarh yang terlalu cepat atau terlalu banyak. Reaksi ini sring berakibat fatal. Untuk menghindari ini digunakan alat pengukut tekanan vena sentral yang terpasang pada perlengkapan infus. Normal tekana vena sentral sekitar 5 cmH2O.
4.      Reaksi hemolitik. Reaksi ini dapat disebabkan oleh :
a.       Darah rusak
b.      Darah tidak cocok
c.       Adanya immune antibody pada multitransfusi. Reaksi ini sering berakibat fatal.
5.      Penularan penyakit. Penyakit dapat ditularkan dari donor ke penderita, yaitu misalnya malaria, lues dan hepatitis serum. Pemeriksaaan malaria dan lues sudah lama menjadi prosedur rutin sebelum transfuse darah. Darah yang mengandung antigen Australia (antigen Au) dianggap potensial menularkan hepatitis serum.
6.      Intoksikasi : sitrat, K, Fe (hemosiderosis).
7.      Tromboflebitis dan embolus udara.

Hal-hal yang perlu diperhatikan
1.  Cairan intravena, hanya larutan garam fisiologik saja (NaCl 0,9%) yang      cocok untuk dipakai pada transfusi, digunakan sebelum transfusi dan dapat           pula dipakai untuk mengencerkan konsentrat eritrosit. Dextroce 5% dapat        menyebabkan agregasi sel darah merah / hemolisis. Sedangkan RL dapat      menyebabkan terjadinya bekuan saluran transfusi tidak boleh untuk            memasukkan obat.
2. Set infus dengan saringan / filter; komponen darah harus dilewatkan saringan sebelum          masuk tubuh penerima. Saringan ini berfungsi untuk mencegah masuknya          bekuan Fibrin dan benda-benda asing lainnya, kebanyakan perangkat     standart           mempunyai saringan dengan pori sebesar 170 mikron dalam      keadaan           normal dapat dipakai untuk menyaring 2-4 unit darah pada transplantasi    sumsum tulang darah yang di berikan harus melalui saringan       khusus dengan            pori sebesar 25 mikron – 40 mikron agar bebas dari     leukorit dan microagregat.
3.  Suhu. Pemberian darah suhu dingin dalam jumlah banyak dan kecepatan    infus tinggi dapat menimbulkan aritmia ventrikular / bahwa kematian darah          harus di usahakan bersuhu 370C sedang suhu di atas 400C  dapat menyebabkan hemolisis.


4.  Kecepatan infus pada kebanyakan perangakat transfusi 15tts = 1ml. Pada   kecepatan 60tts / menit 60/15 x 60 = 240ml darah dapat masuk dalam 1jam,      sehingga lama transfusi dapat diperhitungkan, jika dilakukan terjadi payah    jantung, darah tidak boleh ditransfusikan terlampau lambat, karena darah      dalam keadaan hangat merupakan  medium biakan bakteri. Dalam keadaan             tertentu perlu diberikan diuretik sebelum transfusi.



PETUNJUK TRANSFUSI TUKAR (EKSANGUINASI) PADA NEONATUS
Indikasi
     Berbagai klinik menganut indikasi transfusi tukar yang berbeda-beda, tetapi pada garis besarnya dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Semua keadaan dengan bilirubin indirek dalam serum lebih dari 20mg%      dengan albumin kurang dari 3,5mg%, misalnya pada inkompatibilitas             golongan darah (Rh, ABO, MNS), sepsis, hepatitis, ikterus fisiologisyang       berlebihan, kelainan enzim (defisiensi G6PD, piruvat kinase, glukoronil       transverase), penyakit anemia hemolitik autoimun (pada anak besar).
2. Kenaikan kadar bilirubin indirek dalam serum yang sangat cepat pada hari- hari pertama bayi baru lahir (0,3-1 mg%/jam). Hal ini terutama ditemukan     pada inkompatibilitas glongan darah.
3. Anemia berat pada bayi baru lahir dengan tanda-tanda dekompensasi          jantung (hepatosolenomegali dan edema).
4. Kadar Hb tali pusat lebih rendah dari 14 g% dengan uji Coombs direk yang           positif.
5. Pada prematuritas/dismaturitas, indikasi tersebut harus lebih diperketat.
Kecuali hal tersebut di atas, harus diperhatikan pula riwayat kelahiran terdahulu.

Pemeriksaan laboratorium yang segera harus dikerjakan
   Anak:    1. Kadar bilirubin indirek dan kadar albumin dalam serum.
                    Diperlukan lebih kurang 3ml darah biasa.
                 2. Pemeriksaan darah tepi lengkap
                 3. Golongan darah (ABO, Rh dan golongan darah lainnya).
                     Diperlukan kira-kira 1 ml darah.
                 4. Uji Coombs (direk dan indirek) bersama titernya.
                     Diperlukan 3 ml darah biasa.
                 5. Kadar G6PD dan enzim eritrosit lainnya.
                     Diperlukan 3 ml darah citrate/heparin dan 2ml darah biasa.
                 6. Biakan darah (bila perlu)
   Ibu:        1. Golongan darah (ABO, Rh, dan golongan darah lainnya)
                 2. Uji Coombs indirek bersama titernya.
                 3. Pemeriksaan darah tepi dll (bila perlu)
  Ayah:     1. Golonagan darah (ABO, Rh dan golongan darah lainnya)

Alat-alat yang harus disediakan
     a. Semprit 20ml dengan 3 cabang (3-way syringe) atau 2 buah stopcock.
     b. Semprit 5ml, 10ml atau 20ml.
     c. Glukonas kalsikus 10%dan heparin encer (2ml heparin @ 1.000 U dalam                250ml NaCl fisiologis).
     d. Nier-bekken (2 buah) serta botol kosong untuk menampung darah yang                   di buang
     e. Perlengkapan seksi vena
     f. Kateter polietilen kecil sepanjang 15-20cm.
     g. Set infus 2buah
     h. Oksigen dan sebaiknya tersedia alat resusitasi
    



Cara melakukan transfusi tukar
1.      Lambung anak kosong (3-4 jam sebelum tindakan ini, anak jangan di beri  minum) dan bila mungkin 4 jam sebelum transfusi tukar di mulai, anak diberi infus albumin sebanyak 1g/kgBB atau plasma sebanyak 35ml/kgbBB.
2.      Semua tindakan harus dilakukan dengan steril.
3.      Awasi pernafasan, nadi, bunyi jantung dan keadaan umum anak. Bila  perlu diberikan oksigen.
4.      Tubuh anak jangan sampai kedinginan.
5.      Bila tali pusat masih segar, potong dan sisakan 3-5cm di atas dinding    perut. Bila telah kering, potong rata setinggi dinding perut (hati-hati   perdarahan).
6.      Salah satu ujung kateter polietilen dihubungkan dengan semprit 3 cabang  dan ujung yang satu lagi dimasukkan ke dalam vena umbilikalis dengan hati-hati hingga terasa tahanan (biasanya sedalam 4-6cm) kemudian    ditarik kembali sepanjang sepanjang 1cm. dengan cara demikian biasanya  darah sudah keluar sendiri. Ambillah 20 ml untuk          pemeriksaan laboratorium yang diperlukan.
7.      Periksalah tinggi tekanan vena umbilikalis, yaitu dengan mencabut kateter dari semprit dan mengangkat ke atas. Tekanan ini biasanya positif (darah akan naik setinggi 6 cm di atas dinding perut). Bila ada gangguan                pernafasan (distress pernafasan) biasanya terdapat tekanan negatif (hati-hati emboli udara).
8.      Keluarkan lagi sebanyak 20ml, kemudian baru dimasukkan 20 ml darah  donor dan seterusnya. Memasukkan atau mengeluarkan darah 20 ml            dilakukan dalam waktu kira-kira 20 detik. Pada bayi yang lemah atau               pada prematuritas cukup 10-15 ml. jumlah darah yang dikeluarkan ialah    190 ml/kgbb dan yang dimasukkan 170 ml/kgbb.
9.      Semprit harus sering dibilas dengan larutan heparin encer (2 ml heparin @ 1.000U dalam 250ml NaCl fisiologis)
10.   Setelah 140-150 ml darah dimasukkan, kateter dibilas dengan 1 ml           heparin encer tersebut dan dimasukkan pula 1,5 ml glukonas kalsikus 10% dengan perlahan-lahan (dalam 2 menit), kemudian di bilas lagi       dengan 1 ml larutan heparin encer. Pada saat itu harus di awasi bunyi              jantung bayi. Bila kurang dari 100/menit, waspada terhadap terjadinya henti jantung.
     11. Bila kateter tidak dapat masuk melalui umbilicus, misalnya karena tali pusat telah lepas, biasanya di pakai vena safena, cabang vena femoralis. Lokalisasinya ialah 1 cm di bawah ligamentum inguinalis dan medial dari arteri femoralis. Kateter polietilen dimasukkan ke dalam vena ini, kira-kira 5 cm dari tempat masuknya vena tersebut ke dalam vena  femoralis, sedalam kira-kira 8 cm.

Perawatan bayi setelah transfusi tukar
1.      Vena umbilikalis dikompres dengan larutan NaCl fisiologis, sebagai persiapan bila masih diperlukan transfusi tukar ulangan pada keesokan harinya. Dapat pula kateter ditinggalkan dalam vena umbilikalis untuk kemudian dipakai pada keesokan harinya.
2.      Bayi diberi antibiotika.
3.      Kadar Hb dan bilirubin serum diperiksa tiap 12 jam.
4.      Bila perlu transfusi tukar dapat diulangi hingga beberapa kali.
            Bila bayi meninggal hendaknya diusahakan untuk autopsi, tetapi bila tidak             mungkin lakukanlah nekropsi hati.

Persiapan Tranfusi
SET PEMBERIAN DARAH
1.      Produk darah yang tepat
2.      Jarum / kateter besar (18G atau 19G)
3.      Set infus darah dengan filter

4.      Cairan iv salin yang normal
5.      Sarung tangan sekali pakai
6.      Kapas alkohol
7.      Plester
MANSET TEKANAN DARAH
1.      Stetoskop
2.      Termometer
3.      Format persetujuan pemberian tranfusi yang ditandatangani
Bila diperlukan
1.      Pompa infus cepat
2.      Filter penurun leukosit
3.      Penghangat darah
4.      Kantung tekanan
Langkah-langkah
1.      Ikuti protokol standar
2.      Tetapkan bahwa klien telah menandatangani format persetujuan tindakan.
      R/produk darah biasanya memerlukan tanda tangan persetujuan
3.      Buat jalur iv dengan kateter besar (18 G atau 19 G)
R/memungkinkan penginfusan darah lengkap  dan mencegah  hemolisien.
4.      Gunakan slang  penginfus yang memiliki filter. Slang juga harus memiliki set pemberian tipe Y dengan filter.

R/ filter menyaring debris dan bekuan lembut dari darah ,penggunaan set tipe Y memungkinkan : (1) pemberian produk tambahan atau volume ekspander dengan mudah dan (2) penginfusan segera salin normal 0,9% setelah penginfusan awal selesai.
1.      Gantung wadah cairan salin normal 0,9% yangakan di berikan setelah infus darah
R/ Mencegah hemolisis sel darah merah.
2.      Dapatkan riwayat tranfusi klien
R/ Mendokumentasikan respon klien terhadap tranfusi sebelumnya
3.      Tinjau ulang program dokter
R/ Program dokter diperlukan untuk tranfusi darah. Dengan memastikan progran tersebut menjalin pemberian terapi darah yang tepat.
4.      Ikuti protokol lembaga untuk mendapatkan produk darah dari bank darah. Minta darah ketika anda telah siap untuk menggunakannya.
R/ Darah lengkap atau sel darah merah packed  harus tetap dalam lingkungan dingin (10-60C)
5.      Dapatkan komponen darah dari bank darah sesuai protokol lembaga.pastikan dengan tepat produk dan klien yang mendapat komponen darah.
R/ Kepatuhan terhadap prosedur verifikasi mengurangi kesalahan dalam pemberian darah (American Assosition of Bloods Bank,1999)
a.       Periksa nama awal dan akhir klien dengan meminta klien menyebutkan namanya (bila mampu).
b.      Periksa nomor identifikasi klien dan tanggal lahir pada gelang klien  dan catatan klien).
R/ Memastikan bahwa informasi sesuai dengan kantung darah
c.       Untuk darah lengkap ,periksa golongan darah ABO dan tipe Rh (pada catatan klien).
R/ Memastikan bahwa golongan darah ABO,tipe Rh dan jumlah unit sesuai
d.      Periksa ulang produk darah dengan program dokter.
R/ Memastikan komponen darah yang tepat
e.       Periksa tanggal kadaluarsa pada kantung darah.
R/ Metelah 21 hari darah hanya memiliki sel asal 70%-80% dan kalium 23mEq/L
f.       Lihat darah untuk ada bekuan
R/ Antikoagulan (citrate-phosphate-dextrose,CPD-A) memungkinkan pengawetan darah untuk disimpan selama 21 hari.Antikoagulan yang baru (citrate-phosphate-dextrose,CPD-A) memungkinkan penyimpanan selama 35 hari.Bila ada bekuan, kembalikan darah ke bank darah.
6.      Ukur tanda vital darah klien dalam 30 menit sebelum pemberian tranfusi. Laporkan adanya peningkatan suhu pada dokter.
R/ Memastikan suhu, nadi, tekanan darah dan pernafasan  klien pra-tranfusi dan memungkinkan pendeteksian reaksi dengan melihat perubahan pada tanda vital.
7.      Meminta klien segera gejala berikut.: menggigil sakit kepala, gatal kemerahan dan nyeri punggung.
R/ Hal ini dapat merupakan tanda reaksi tranfusi. Pelaporan segera dan menghentikan tranfusi akan membantu meminimalkan reaksi.
8.      Minta klien berkemih atau mengkosongkan wadah penampung urine.
R/bila reaksi tranfusi terjadi, pengambilan spesimen urine perlu untuk setelah mengawali tranfusi.
9.      Cuci tangan dan pakai sarung tangan.
R/ Menggunakan kewaspadaan standar.
10.  Buka set pemberian darah
A.    Untuk pemberian slang- T :susun ketiga klem pengatur pada posisi “off”.
R/ Menyiapkan slang pemberian darah. Gerakan klem pengatur pada posisi “off” mencegah tumpah tak disengaja,dan membuang darah.
B.     Untuk  memberikan slang tunggal : susun klem  pengatur pada posisi “off”.
Pemberian slang –Y
a.       Tusukkan kantung iv salin normal 0,9%.
R/ Salin normal 0,9% kompatibel dengan produk  darah dan tidak akan menyebabkan presipitasi.
b.      Isi  slang dengan salin normal 0,9%.
R/ Penggunaan slang-Y memungkinkan perawat memutar dengan cepat dari penginfusan salin normal 0,9% menjadi unit darah.

Daftar pustaka
Perry & potter.2005. Ketrampilan Dan prosedur Dasar. Jakarta: EGC.
Staf Penganjaran Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985. Buku Kuliah I Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI.
Soeparman, Sarwono. 1990. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI .


























0 komentar
« Postingan Lebih Baru Postingan Lama »
Langganan: Postingan (Atom)
My Widget

clock

Translate

Recent Posts

Apakah postingan ini bermanfaat bagi Anda?

Guest Book

Silakan Pasang Kode Buku Tamu yang sudah di copy tadi Di Sini
[get this widget]> [Tutup]

Blog Archive

  • ▼  2015 (7)
    • ►  Agustus (2)
    • ▼  April (2)
      • TRANSFUSI DARAH
      • NUTRISI dan MALNUTRISI
    • ►  Maret (3)

Mengenai Saya

Unknown
Lihat profil lengkapku

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Recent Posts

Subscribe

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

  • TRANSFUSI DARAH
    Definisi Adalah proses pemindahan darah dari donor ke dalam peredaran darah penerima (resipien) (FK UI, 1985: 483). Indikasi ...
  • Manfaat Jahe
    Jahe merupakan tanaman herbal yang multi guna. Selain sebagai bahan baku obat-obatan tradisional juga merupakan salah satu bumbu penyedap...
  • TUBERCULOSIS (TBC)
    1.1 Definisi Tuberculosis (TB) adalah penyakit akibat infeksi Mycobacterium Tuberculosis secara sistemis sehingga dapat mengenai hampir s...
  • BRONKITIS
    1.1   KONSEP MEDIS 1.1.1    Pengertian   Bronkitis merupakan penyakit ringan yang dapat sembuh dengan sendirinya dan hanya memerl...
  • Pembuatan Nata De Carroto
         Sayuran wortel dan buah tomat merupakan salah satu jenis tanaman yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari di Indon...
  • Waspada, ISPA pada anak!
    Salah satu penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Penyakit ini sering terjad...
  • NUTRISI dan MALNUTRISI
                I.              Nutrisi                        Sepanjang rentang kehidupan manusia tidak pernah berhenti untuk bernapas da...

cursor

monkey Cute Rocking Baby Monkey
Copyright (c) 2010 NursingHealth&Science. Design by Template Lite
Download Blogger Templates And Directory Submission.